Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Senin, 22 Agustus 2011

DIBERANDA MAYA KITA BERSUA



 awan elektron cinta bagai nimbus
merata berselingkung di atap orbit cartesius
memancing-mancing hasrat loncatkan cahaya difus
kilat menyambar-nyambar
munculkan warna kerinduan tergambar dan
di kuadran tiga bumi terhampar

lautan lebaar
tempat  kita berlayar
arungi rentak kehidupan yang liar
tuk temukan makna yang masih samar
samar

kilat cahaya elektron cinta
membekap badai asmara
jinakkan seluruh getar didada
biarlah rindu membelai jiwa

kita bersahabat saja

: di beranda maya kita bersua

SENANDUNG CINTA


Aku bersenandung
bersama nada cinta.

Dalam gelimang bahagia
mekar berseri di restui
secerah taman surgawi.

Meraih hati kekasih
lalu, cinta mengembara
ketempattempat terjauh
menikmati kembara cinta hati.

Menjelajahi setiap undakan rindu
o, alangkah indah mewujudkan mahligai
mereguk kasih dalam asmara tanpa jeda
sebagai Adam dan Hawa di surga firdaus
mendekap Hikmah dalam kesucian senandung cinta.

TUHAN , BANTU AKU '


Bulan Ramadhan, seperti biasanya, entah mengapa pasien-pasien ke praktek rada sepi. Dr. Niken iseng-iseng membuka tombol Handphone nya, tujuannya tentu tak lain buat menghubungi Vina gadis semata wayangnya yang kuliah Kedokteran di salah satu Universitas Swasta Jakarta. ' Wah, ada inbox masuk nich !', sejak pagi tadi memang dia lupa membuka Hp karena kesibukannya sebagai dokter di Zaal Anak. Kebetulan bulan ini dia sedang mendapat tugas di Ruang Observasi dengan dua kasus Encephalitis dan satu kasus Kejang demam komplek, masuk juga dua kasus baru dengan DBD dan Gastro Enteritis Akut Dehidrasi Berat. Belum lagi mesti visite di Kelas II dan membuat Resume lima pasien yang pulang hari ini.
Dr.Niken segera membuka inbox yang masuk : ' Dr. NIken, pulang nanti tolong mampir sebentar ke Poli Umum ya, masih ada THR sedikit....salam. '. Inbox dari dr. Prasanto , seorang yang pernah mengisi hatinya dengan ' cinta platonik ', ketika dia masih bertugas di Poli Umum sebelum di mutasi ke Zaal Anak. Masih hangat dalam ingatannya, betapa wajah duka Pras melepas nya ketika itu. Tak ada pelukan, cuma pandangan yang 'cukup dimengerti' oleh mereka berdua saja. Poli Umum dan Zaal Anak memang masih satu Rumah Sakit, namun kesibukan pastilah akan jadi pemisah mereka.
' Maaf dr. Pras, saya baru membuka Hp sore ini. Besok dr.Pras weekend seperti biasa atau ada di Polli ?'
' Saya ada di Poli.....salam.'. kata 'Salam' ciri khas SMS Pras seringkali menggetarkan rasa dr.Niken , seakan gadis remaja yang baru mengenal cinta.
Mutasi dr.Niken ke Zaal Anak mungkin ada hikmahnya juga, sebab ternyata kesibukan bisa membuatnya 'melupakan' Pras, rasa yang rancu bagi wanita seumurnya , apalagi bagi Pras pria tampan hampir pensiun yang beristri dua itu. Cinlok, telah membuat mereka lupa akan statusnya, apalagi sejak 8 tahun belakangan ini, sejak mereka bersama-sama tugas di Poli Umum. Selama bulan Ramadhan ini Niken kian mendekatkan diri pada Allah dengan beribadah semaksimal mungkin, dia juga sengaja tak pernah lagi mampir ke Poli Umum guna menghindari Pras. Tapi SMS Pras kali ini mengharuskannya menemui Pras kembali. ' Tuhan, bantu aku menghadapi Pras, jangan sampai tergoda lagi hingga batal puasaku ya Allah', bisiknya dalam hati.
Semalam, sempat terlintas dalam pikiran dr.Niken , mereka-reka pakaian apa dan warna apa yang akan dikenakannya guna menghadap Pras hari ini, namun pikiran itu segera dibuangnya jauh-jauh, 'Aku mau bekerja, bukan mau kencan !'. Dikuatkan hatinya. Jam 08.00 Wib, usai absen di 'mesin cap jempol', dr. Niken melangkah pasti menuju Poli Umum. Begitu membuka pintu tampak dr. Yudha duduk di bekas tempat duduknya.
" Eh, met pagi dr. Niken, ada apa ?", tanyanya.
" Pagi....., nggak koq, aku ada perlu sama Boss ".
" Oh, dr. Pras ? ada tuch !", katanya sambil menunjuk ruang sebelah.
Dr. Niken mengambil tempat duduk tepat di depan dr. Yudha, sejenak mereka terlibat pembicaraan tentang isu-isu seputar Rumah Sakit dan IDI, maklum dr.Yudha juga menjabat sebagai Ketua IDI.
Selagi asyik mereka berbicara, dr.Niken mendengar langkah-langkah kaki yang dikenalnya.
" Eh, dr. Niken, met pagi...., udah lama ?", sapanya seperti biasa.
" Pagiiii, baru koq....", dr. Niken menoleh.
" Ntar ya, aku ambil....", dr. Pras segera berbalik.
Begitu dr. Pras menghilang, kebetulan ada pasien yang mau berobat ke dr. Yudha, dr. Nikenpun menyingkir dari kursinya pindah ke ruang sebelah. Tampak dr. Pras sedang menerima telp.dari Hpnya.
" Nich dr.Niken , THR nya....."
" Tq, ya..., tapi kenapa aku masih dapet , kan udah mutasi ? "
" Ya , kan mutasinya baru dua bulan ini, jadi masih ada jatah dong "
Diterimanya amplop itu dan sekilas ditatapnya dr.Pras, agak berantakan kali ini penampilannya.
" Udah dulu ya, ada urusan penting nich, aku tinggal ya....", dan dr.Pras pun berlalu dari hadapannya.
Sekilas hadir rasa kecewa di hati dr.Niken. Cuma begitu saja pertemuannya dengan dr.Pras, mana binar-binar rindu itu ?. Dr. Nikenpun pamit pada dr.Yudha , bergegas menuju Zaal Anak. Biarlah, ada hikmahnya ini semua. Ternyata Tuhan telah mengabulkan do'anya, melepaskan dirinya dari godaan dr.Pras pada pertengahan Ramadhan ini.

Sabtu, 20 Agustus 2011

DAHULU

Aku masih tergeletak di atas kasur ini
Ditemani berserakan foto-foto usang merekam memori

Disana ada kau
Kau yang menjadi ratu dari segala mimpi
Memabukkanku hingga ku tak tahan lagi
Lalu ciumanmu membangunkanku dari imaji
Dan kaupun lenyap seketika seperti sebuah ilusi

Disitu ada dia
Dia yang menjadi bayangan sejati
Mengikuti kemanapun ku pergi
Tak bosan dia mengkopi diri sendiri
Menjadi cerminku diatas segala pribadi

Lalu ada mereka
Yang angkuh membanggakan nilai tak terpatri
Mereka yang tak bosan membuat janji-janji
Tapi yang ada hanya kebohongan yang terjadi
Dan merekapun tak pernah malu berjanji lagi

Dan ada pula aku
Aku yang dicampakkan dan merasakan sakit hati
Aku yang ditinggalkan dan pernah dikhianati
Aku yang dilupakan dan telah terganti
Aku yang kesepian dan selalu sendiri

Itu DAHULU bukan?
Merasa semua telah mati tapi aku yang terbunuh mimpi

R I S A U




Risau membadai di hati
Sepi apakah pilihan?
Cengkrama labirin adalah jalan padamu selalu.

Masalahnya ada pada diri sebenarnya
Aku-kau tak mau kalah.

Lalu, putuskan keputusan!
Kepastian atau kepasrahan
Sebuah keyakinan yang kita pinta pada Tuhan.

Jangan patahkan daun pintu, kemudian berlari jauh
Sebab, aku pilih peduli di sini!

Minggu, 14 Agustus 2011

Pagi Terakhirmu

Surya ditelan raksasa mega
Jejak megapmegap di sapu angin barat
Melarat angan
Berkarat ingin

Dari kekeliruan panjang yang pernah berulang kau serukan,
dikembalikan padamu pekat paling lekat. Kau lekas ikhlaskan
ini, dalam tubir jiwa, dalam tabir dunia.

O, di mana sesungguhnya damai ? Ketika aksara hanya
maknakan perpisahan. Airmata jelma kerinduan. Tak
pupus dalam erat pelukan.

O, di mana sebenarnya sepi ? Kala puisi hanya
wartakan kepergian. Peluh gagal jadi suluh. Terjegal
dalam debar keraguan.

Tetap di tempatmu. Jangan beranjak. Penantian adalah
takdir terbaik. Tulislah kehidupan di telapak tangamu.
Bacalah kematian di ujung jemarimu.

Langit makin pekat
Gerimis jatuh kian tipis
Berkaca hati
Membias nanti

Prose : Seribu Puisi

"buatkan aku seribu puisi", pintanya tegas. Tatap ku tajam menelusuri setiap rongga indera penglihatnya. Mencari-cari sebuah alasan, untuk permintaannya itu. Pipinya merona merah delima, harusnya itu cukup sebagai sebuah alasan. Aku menyayanginya, ya. Aku mencintainya, ya. Lalu adakah ia sayang dan cinta kepadaku. Sebuah tanya tergantung di lebam langitku bersama bintang yang berkelip sendu.

Aku hanya pinta seribu puisi, itu saja. Bukankah kau ini penyair? tentu dapat kau lagukan kidung cinta untukku. Dan aku tahu seribu gadis sudah takluk dalam rayumu. Mungkin saja aku yang ke-seribu satu, dan pipiku tak merona merah delima. Kau terlalu banyak bertanya, tentang sayang dan cinta. Dan semua tanya mu itu palsu. Tak ada langit lebam bersama bintang yang berkelip sendu di hatimu.

Masih terasa kecup manis penghantar lelap ku dari mu. Membukakan gerbang rindu tuk dapat berjumpa denganmu. Ya, dalam mimpi. Kau hanya bayang rinduku, tak pernah nyata. Lalu kenapa kau pinta seribu puisi? mengapa tak kau pinta aku tuk mengecup mu saja. Agar lebur semua tanyaku.

Bodoh kau. Aku tahu kecup mu adalah candu, membuat rindu jadi tak menentu. Cukup, buatkan aku seribu puisi atau,..

Apa?

Tidak ada,...

Telah ku ukir 999 puisi rindu di hati damaimu. Dan ini persembahanku,...

::
Kemarin, kulihat bintang di langit
Malam ini, bintang itu bersinar di matamu.

Dua Sisi hati

Malam yang setia akan menyampaikan pesanku
setengah terbata memintamu datang dalam sepiku
Kukais potongan-potongan kata yang tergeletak di sudut hatimu
Sedang kau belum menyadari aku telah lama bersemayam disana
Kurangkum semuanya menjadi sebuah sajak yang terlupakan
Dimana kau enggan untuk menoleh ke belakang

Maafkan aku yang buta dan membatu
Membiarkan semua sajakmu menjadi kepingan debu
walau aku memintamu merangkainya menjadi nyanyian untukku
Tak mampu ku eja semua makna yang kau susun dari tiap kata yang tercampak ku sengaja
Saat kalimat terakhir kau tuliskan, aku merasa kehilangan itu menampar kejam
Meskipun masih ada bait yang tersisa, ku tak tahu harus bicara apa

Mungkin jika luka tak menganga di balik senyum curiga
Kau memintaku dengan manis laksana cinta yang tak pernah habis
Rasakanlah sekejap saja, bahwa apa yang ada tak akan sirna
Percayalah sedetik saja, bahwa sepenggal kata bisa buatmu percaya
Meski namaku tertulis dalam nisan hatimu, akupun rela

Aku Tak Mau Tahu

sebetulnya tak perlu kau jelaskan padaku
tentang heningnya ruangmu hingga kau bisa
menghitung detak jam dinding selaras denyut jantungmu
kau juga tak perlu ceritakan bagaimana ngilunya
tetesan sisa hujan yang jatuh satusatu di luar sana
hingga kau tergugu di sudut sendirimu
dan jangan pernah katakan padaku
tentang sakitnya ditikam sepi
sebab rasa itu milikmu sendiri

@ menanti senyum rembulan @

kitapun lupa menghitung angka pada dagu rembulan itu
hanya sebias tanda yang tak mampu memisah ingat
kenang demi kenang telah disembunyikan oleh waktu
dalam lipatan berbungkus sampul   duka rinai air mata

menanti senyum rembulan yang menepi pagi gigil
kau bergelayut manja dipundak sunyi malam
seakan tanganmu ingin menopang langit dan angka waktu
agar kita tetap berlama mengeja samar cinta pada kedipan

akulah lelaki yang menanti senyum rembulan
tak bergeming sampai pagi menyimpul siul embun

Selasa, 09 Agustus 2011

Kasih sayang seorang pecinta sejati ~


Kasih sayang seorang pecinta sejati ~ Catatan setatus Artha Alhitya Part II

‎::
Setiap orang yang dikasihi adalah orang yang mampu mengasihi, sebab wajah seorang kekasih akan memancarkan keteduhan, rasa sayang dan ketulusan yang senantiasa membuat tentram orang yang memandangnya. Orang yang mengasihi akan selalu berusaha agar dirinya senantiasa bermanfaat bagi mereka yang ia kasihi. Ia dekat dan hatinya lekat. Bisakah engkau seperti ini : berjiwa welas asih terhadap sesama, berbuat baik terhadap semua ciptaan yang ada bersertamu.

‎::
Mengasihi orang yang juga mengasihi, dikasihi orang yang juga dikasihi adalah hal yang biasa. Mengasihi orang yang memusuhimu, dikasihi oleh orang yang kau musuhi adalah hal yang tidak biasa dalam hidup. Engkau akan dapat melihat siapa orang yang luar biasa itu : yaitu orang yang senantiasa mengasihi sesamanya sekalipun terhadap orang yang bermaksud membunuh dan melenyapkan hatinya dari cinta dan kasih sayang. Ia jadikan cinta seolah darah dan nafasnya. Ialah sang pecinta sejati...

‎::
Tidak ada aturan dan undang-undang yang bisa menghukum dan memenjarakan seseorang karena cinta, sebab cinta itu merdeka dan tidak pernah terjajah..
Tapi banyak manusia telah membuat aturan-aturan yang diberberlakukan terhadap manusia dalam wujud segumpal darah dan daging, sehingga anggota badanmu akan dihukum dan dipenjara sebab keliru menerjemahkan cinta. Hukuman akan diberikan bila engkau gunakan rasa itu untuk sesuatu yang melanggar aturan-aturan manusia itu..

::
Maka hiduplah dalam cinta sebab ianya merdeka. Tak ada salah benar dalam urusan hati dan cinta. Tak ada yang akan memenjarakannya kecuali pikiranmu sendiri. Cinta itu kebebasan rasa.

Mudik Ke Hatimu


Rerumputan menyirat
jejakjejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu

penawar rindu.

Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.


Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.