Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Jumat, 30 September 2011

PAGAR AYU


mencabarkan rasa, terpuji niat
bukan, kita bukan hamba sesat
memunggung, berlalu dari khianat
: pagar ayu usah terkoyak

apatah arti bahagia dalam ranah maya?
jika disandingkan nikmat nyata

ini cerita, warna dunia mimpi
serupa khayal, tiada titik lingkap
menaja runtuhan mantik yang tersepai
lelakiku, juga perempuanmu; sama berharap


Catatan Selingkuh Maya, 2011

Dalam Diam


adalah waktu yang tak pernah mau membuat kesepakatan
sementara aku melafalkan munajat di antara detakdetak yang kupilih
maka pada malam yang menyimpan segalanya dalam diam
kupenuhi ruang sunyi ini dengan za'faran
supaya nanti jika angin itu kembali bertiup
ada tentang aku yang dibawanya pulang ke arahmu

senja tadi
ketika rerintik gerimis kembali mengguyur berandaku
selalu ada yang tak pernah bisa terucap
membiarkannya tetap tersimpan dalam diamnya malam
seperti apa yang kau tahu tentang aku
seperti Adam inginkan Hawa dari rusuknya

Kamis, 29 September 2011

Pengobat rindu

KAWAN ANGIN

Dalam pertemanan dengan angin laut, badai sering hanya sebatas tengkuk yang diputar. Pohon-pohon adalah jemari yang bimbang menunjuk arah. Sedang pekat mendung jadi pembatas kerling mata dan deras gelombang. Tapi, tangan-tangan sahabat adalah kapal-kapal kokoh yang membawa pelita

SKETSA JEJAK
: Fhatin

Telah kuhitung pasir-pasir yang mencipta jejakmu, dalam pejam mata yang menarikan langkah-langkah kita. Kaupun telah pandai mencipta sayap untuk mencuri senyum pengap dunia. Lalu berbisik
''Biar hati kita tak selandai pantai, tetap saja, tak seperti badai''.
Dalam erat jabat tangan kita mencipta sketsa dunia.
Salam kasih dalam pertemanan dalam cinta seluas angin

bukan untukmu lagi

..........

luka menusuk  suci terdalam
menyayat malam gulita bertabur perih
sedihku bersama bintang bintang

pentingkah sebuah maaf ?

saat hancur adalah sambut layu setiaku
hingga tertumpah tangis seluruh bumiku meratap
kau hancurkan !!
ketika semi bersolek menanti tatapmu
dan aku adalah kupu2 lemah dalam hutan pengecut 

kunikmati jatuhnya daundaun bertuliskan cinta padamu
bersama runtuhnya seluruh inginku padamu
sakitku bukan untukmu lagi
semi itu untuk pagiku 
bagi embun yg bernyali menyambut duha

cintaku terpasung dusta meraja yang menjajah dengan seluruh perih dibumi

sakitku...
kini bagi tangguh yang menyimpan seluruh kasih sayang

Minggu, 25 September 2011


Pada Sebuah Kenang

Tak ada yang lebih indah selain kenang, tak ada yang lebih menyakitkan selain kenang. Dan tak ada yang mampu memberikan makna lebih hidup selain kenang. Salam Hangat.

Pada Sebuah Kenang




Kukembalikan sepenggal kenangan yang pernah singgah di depan pintu rumahku. Entah, siapa punya. Weilah, rupanya angin muson yang menjadi pengantar atas apa yang bernama kenang. Bergerak membawakan kabar luka seorang dara. Dan, ketahuilah, ia tak henti mengetuk pintu mengucap salam. Sebuah kenang yang entah dari mana asal-muasalnya. Dan yang pasti, yang aku tahu, kenang ini telah menyeret seorang dara kehilangan masa lalunya.

Di sepertiga malam aku berdiam sunyi. Melukis wajah dara yang penuh linangan airmata. Entah, siapalah ia? Entah, kenangan yang ke berapa ia mengairmatakannya. Sungguh, akankah kenang itu telah bersepakat merampas senyumnya? Meniadakan segara sunggingan senyum yang menjadi tujuan harap segala sahabat?

Peritiwa itu, kini telah menjadikan ia kehilangan mata terindahnya--kehilangan daya pijarnya. Weilah, peristiwa macam apa yang membuatnya terlempar ke gelap rasa yang buncah membelah segala tawa, mengurung diri dalam perihnya luka. Meniadakan segala hidup, mengembangkan murung.

Apa yang sesungguhnya terjadi? Siapa yang membuat ia mengairmatakan kenang itu?

Aku kian tenggelam di sunyi diri. Di selasar rumah, aku bimbang. Akankah aku menunggu sang dara mengambil kenang yang kini aku simpan di saku bajuku bersama keinginan. Hingga ia akan terus mengairmatakannya? Ataukah aku lempar saja kenang ini ke jurang persembahan Penguasa Gelap Luka. Hingga mampus dimakan ngengat peradaban. 

"Jangan kautanyakan tentang sepenggal kenangan yang bahkan sisanya pun telah kaubawa pergi. Di sini, bahkan remahnya pun tak ada lagi."*

"Aku terkesiap!" 

Dia, dara yang kehilangan kenangnya. Dara yang tak henti mengairmatakan perasaannya.

Datang!