tak semua rasaku menjadi kata
saat hati menangis
aku malah menjadi badut di puisi
berharap bisa menertawai airmata sendiri
saat bahagia
aku kadang malah membariskan airmata menjadi bait-bait bersahaja
karena aku tak ingin suara tawaku malah menjadi jurang
antara rasaku dengan orang-orang yang berduka
tak seorang pun bisa menilaiku
hanya dari yang kutulis
tentangku yang sesungguhnya
hanya bisa kau lihat
saat kau benar-benar telah masuk ke ruang hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar