aku masih terjaga
masih menghitung detak jam dinding menuju pagi
sementara gerimis masih betah berderai
dan sekali lagi kau sertakan suaramu
yang kau arak bersama barisan gerimis
di luar sana
Mengenai Saya

- Artha Alhitya Dane
- My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.
Senin, 27 Juni 2011
Minggu, 26 Juni 2011
AKU MENCINTAIMU UTUH TAK TERSENTUH ♥ ♥
Jika ada yang bertanya, bagaimana aku memandang perkara jodoh, maka akan ku jawab, bagiku sama saja kau menanyakan keyakinanku tentang kematian..
Jodoh dan kematian adalah rahasia-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh.....
Lalu apa yang ku khawatirkan? Dan kenapa pula ku harus mengejar? Tidak, aku tak sudi.. Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..
Jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kau sendiri tak yakin kehakikiannya? Pahamkah maksudku?
Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta? Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?
Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?
Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain…
Wahai para lelaki, tak cemburukah? Tak cemburukah? Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.
Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab ‘ya’ maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..
Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi.. .
Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?…. untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?
Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta…
Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..,
Dan tak akan pernah ada ragu ku katakan kuserahkan cintaku UTUH TAK TERSENTUH.
Jodoh dan kematian adalah rahasia-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh.....
Lalu apa yang ku khawatirkan? Dan kenapa pula ku harus mengejar? Tidak, aku tak sudi.. Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..
Jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kau sendiri tak yakin kehakikiannya? Pahamkah maksudku?
Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta? Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?
Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?
Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain…
Wahai para lelaki, tak cemburukah? Tak cemburukah? Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.
Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab ‘ya’ maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..
Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi.. .
Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?…. untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?
Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta…
Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..,
Dan tak akan pernah ada ragu ku katakan kuserahkan cintaku UTUH TAK TERSENTUH.
Infeksi Kulit Pada Si Kecil
| |||||||||||
Impetigo berawal dari luka terbuka yang menimbulkan rasa gatal, kemudian melepuh dan mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering hingga akhirnya membentuk keropeng. Penyakit yang disebabkan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus ini, menular melalui cairan yang berasal dari lepuhannya. Untuk menghilangkan bakteri penyebabnya, dokter akan memberikan antibiotika yang bisa berupa pil atau salep, tergantung dengan kondisi anak dan luasnya infeksi. Jika infeksi tergolong ringan biasanya akan diberikan salep antibiotik. Sedangkan pada yang berat, antibiotika bisa diberikan dengan cara keduanya. Untuk melepaskan keropeng, kulit yang terinfeksi sebaiknya dicuci dengan sabun anti-bakteri beberapa kali dalam sehari. | |||||||||||
|
Breath-Holding Spells
Breath-holding spell tidak berbahaya dan bukan merupakan penyakit epilepsi. Serangan ini biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun dan menyerang ketika anak baru terbangun dari tidur. Umumnya dalam sehari bisa terjadi 1-2 kali, namun setelah si kecil berusia 4 tahun akan hilang dengan sendirinya. Breath-holding spell, ditandai dengan gejala sebagai berikut :
| |||||
|
Imunisasi Anak & Reaksi yang Ditimbulkan
| |||||||||||||||
IMUNISASI WAJIB Imunisasi yang wajib diberikan pada balita di bawah 12 bulan adalah BCG, hepatitis B, polio, DPT dan campak. Berfungsi untuk menangkis penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan kematian serta kecacatan. Seperti TBC, Hepatitis dan Polio. Sedangkan reaksi masing-masing imunisasi juga berbeda-beda pada setiap anak, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tubuh tiap anak. | |||||||||||||||
|
Sabtu, 25 Juni 2011
PANTAI RAHASIA
Aku masih mengingat-ingat kejadian lucu sekaligus awal perkenalan kita. Sebenarnya dua orang itu menjadi akrab bukan karena kebersamaan yang lama. Yang penting cocok seperti antara kita, antara aku dan kau.
Bicara apa pun nyambung sehingga perbincangan selalu mengalir. Banyak ide yang tiba-tiba mencair. Kata demi kata yang keluar dari mulutmu laksana anak panah yang melesat gemulai dari busur, menjadi rangkaian-rangkaian kalimat yang menghibur dan membuka pikiranku dengan pandangan baru. Kita bicara apa saja, dari teknologi, kesehatan, pengalaman-pengalaman hidup atau bahkan segala hal yang tak penting. Mengisi kekosongan dengan kebersamaan.
Kita seperti sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Serupa seorang bayi yang sudah kehausan yang merindukan puting susu ibunya. Atau bagai orang-orang kelaparan yang membutuhkan roti kehidupan. Kita seakan-akan telah memendam rindu berabad-abad lamanya yang kemudian tiba-tiba menemukan sebuah ruang, sebuah hati yang di dalamnya lautan ketulusan menyatukan dua jiwa yang selama ini saling mencari. Dengan segala kemudahan dan kebaikan teknologi, pada situasi dan keadaan yang tepat kita dipertemukan di ruang ini.
"Ah. Padahal kita baru beberapa jam yang lalu berkenalan!" gumanku seraya tersenyum memandang layar komputerku di mana percakapan panjang kita memenuhinya.Begitu cepat semua cerita keluar seperti air di pengununggan yang tak bisa ditahan mengalir deras mencari muaranya.
***
Sejak saat itu kita rela menyolong waktu dari padatnya kesibukan untuk mengirim sapa, kabar, kelakar atau hanya sekedar menulis beberapa baris kalimat baik lewat inbok, sms atau percakapan ringan di telepon selular.
Dalam setiap doa, kemudahan dan kebahagian yang senantiasa menjadi permintaan utama padaNya terjadi pada kita.
Meski jarak beribu-ribu mil, tak mengurangi makna dari kebersamaan ini.
Hingga suatu hari saat kau mengabarkanku, kau akan datang ke kotaku mengunjungiku. Aku seperti tersesat pada sebuah sukacita. Di sebuah ruang waktu yang semua tiba-tiba menjadi cahaya yang mengirim kegembiraan.
Dengan hati-hati kita pahat setiap inci kenangan meskipun bukan di atas musim semi, bukan pula dimasa keemasan dunia. Namun karena cinta semua menjadi serupa surga dengan aroma bunga rasa. Cinta dengan kelembutannya perlahan mengundang jiwa kita masuk ke dalamnya.Seperti tanganmu yang tak pernah lepas dari bahuku. Merangkulku dengan mesra sepanjang perjalanan ini.
Kita duduk di tepi pantai ini. Melebur dengan beribu pasang muda-mudi yang saling bercakap dengan hati, dengan kesibukkannya masing-masing. Atau ada juga yang datang ke sini sekedar melepas penat setelah sepekan mereka menguras pikiran dan tenaga. Seperti malam minggu sebelum dan sebelum ini, meski pun tanpa kita tempat ini senantiasa ramai kerena tempat ini merupakan salah satu tempat yang menarik di negeri Formosa sekali pun sering kali terlupakan setelah banyak cafe dan mall yang lebih menjanjikan berdiri megah menghias tiap sudut kota.
Kubaca ketegangganmu, meski sudah dua jam kita bersama. Kau masih tak terlalu berani menantapku, meskipun sejak tadi tanganmu selalu hangat menggenggam tanganku. Tiba-tiba seekor tikus yang gemuk keluar dari cela-celah batu. Namun aku tak takut. "Wah, kamu ngga geli ya sama tikus?" tanyamu saat kau lihat aku tiba-tiba berdiri, mendekatkan kakiku ke tubuh tikus. Tikus itu kaget dan langsung masuk lagi bersembunyi di antara batu-batu kecil di tepi pantai itu.
"Ngga, aku ngga merasa takut kecuali ia (tikus) berlutut dan memohon aku menjadi pacarnya ..." candaku . Berharap keteganganmu bisa sedikit berkurang.
Tawa kita pecah menembus senja.
Aku pun membalikkan badanku, dengan posisi kita yang saling berhadapan. Aku lingkar tangaku ke lehermu. Sehingga kita tak lagi berjarak. Kau pun mendekapku. Melingkar tangamu ke pinggangku. Aku merasakan kasih sayangmu menjalar ke seluruh tubuhku. Ada damai yang seakan-akan bersayap yang mampu membawaku ke ruang cinta yang ajaib.
Kau sentuh wajahku, kau kecup perlahan keningku. Pada senyummu kudapat kekuatan, serupa menara yang sanggup menahan badai.
"Kutulis cinta di keningmu, supaya setiap orang yang melihat wajahmu pun tahu...kau hidup dengan hati yang penuh cinta." bisikmu.
Aku tersenyum. Cekatan kutempelkan bibirku ke bibirmu. kukecup mesra. Dengan tindakan kunyatakan kebahagianku. Karena aku kehilangan kata-kata entah mesti mengucapkan apa tuk menjawab kalimatmu. Sebaris kalimat yang terlontar dari bibirmu, oh begitu lembut dan manis.aku rebahkan kepalaku di dadamu. Malam ini ingin kunikmati setiap detik menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku.
Lalu kita larut dalam pikiran masing-masing. kebisuan yang melahirkan keheningan yang mengurai seribu makna. Bulan di atas sana, lampu-lampu perahu nelayan, suara ombak menyempurnakan keindahan di hati ini yang diselinggi kelakar dan kecupan diantara waktu yang melaju, sehinga sejenak membuat kita lupa di dunia ini bukan hanya kita yang bernafas dan di luar sana banyak jiwa yang bersanggama dengan airmata dan kepedihan. Di menit-menit kebersamaan ini kita seakan tergesa-gesa karena waktu berpacu seribu kali lebih cepat dari biasanya. Jiwa serasa berada di sebuah ruang yang tak lagi butuh apa-apa selain anggur cinta. Menuai segala kebahagian, mengantongi ke kantong hati seraya berharap cahaya bulan dan bintang-bintang tak meninggalkan satu pun huruf kisah , ia dengan teliti memahat setiap jejak kita yang tertinggal di pantai ini. Karena esok saat mentari datang, burung besi akan kembali membawa ragamu menjauh dariku. kembali kita akan terkurung di ruang rindu, memintal doa berharap kembali ada pertemuan yang diberkatiNya seperti malam ini.
MAKNA SEBUAH PERTEMUAN
Ingin kumasuki lagi lebih dalam dunia sunyimu...
supaya aku lebih paham apa yang kau butuhkan. karena kutahu bukan lagi materi yg kau cari karena kau telah memilikinya. namun itulah yang tak kumiliki sejak aku terlahir ke dunia. Sehingga aku berontak dari rumah. Aku berpikir bahwa kemiskinan bisa kutukar dengan kesuksesan asal aku berani mendobraknya dengan usaha.
Namun siapa yang mau mempercayaiku. Usiaku masih belia. Pemikiran negatif lebih sering tersirat di kepala mereka atas apapun yang aku lakukan. Sehingga aku menjadi orang yang tidak mendapat kepercayaan dari orang yang seharusnya mendukungku. Aku berjalan sendiri di atas liku-liku hidup. Dengan arah yang aku sendiri tak yakin.Berharap di ujung sana, ada kesempatan yang dipercayakan untukku.Ada perubahaan yang mengirim kedamaian laut dan kehangatan langit.
Hingga aku akhirnya bertemu denganmu. Memasuki ruang hatimu. Perlahan aku mengerti.
Yang kau butuh hanya sepasang sayap kasih sayang, karena sejak kau kecil sayapmu patah. Hatimu retak oleh keegoisan orang tuamu.
Kau mengajakku pulang. Rumah yang dulu kuanggap sebagai sebuah persinggahan bukan lagi tempat yang memberiku keteduhan ternyata tak separah yang aku pikirkan. Mereka di dalamnya selalu merindukan kepulanganku.
Di rumahku, kemudian kau temukan yang dulu tak pernah kau miliki. Kasih sayang yang utuh. Namun sebelumnya aku justru tidak terlalu menghiraukannya. Padamu aku belajar menghargai apapun yang ada di hidupku.
Baru aku mengerti, setiap manusia lahir ke dunia dengan persoalannya masing-masing supaya dari kesulitan orang lain kita justru bisa memaknai rahasia kehidupan.
Dan DIA selalu punya cara mempertemukan hati yang terluka ke sebuah ruang, tuk saling bergenggaman tangan mengalir kekuatan menghadapi kehidupan ini.
RETAKLAH KACAKACA
tercatat di halaman akhir
apa yang telah tertuliskan
tak bisa dihapus begitu saja
meski cinta dan air mata
telah menggenapkan sunyi
di sampul belakang kitab mati
lalu siapa yang peduli
pada beban yang sepadan
siapa pula meniupkan tuhan
membiusku dengan bebunyian
dendang dan nyanyian
engkaukah itu sayang
rumah yang pintunya terbuka
bagi kutuk dan pujipuja
digoda sekian bayangbayang
termangu aku di beranda
menanti yang netes pertama
dari mata
Lukisan Pagi I
Ilalang sesayup sunyi
belalang bisu bernyanyi
pada kesejukan merajuk diri
doa-doa fajar pun menepi
Mentari menyantap malam menjadi pagi
menepis duri-duri elegi
kusumaku semerbak wangi
penghapus nestapa di lingkar pelangi
Sihir jiwa melayang pergi
bertamasya ke puncak tertinggi
dimana sepi bisa berarti
dimana janji bisa ditepati
Wahai... legenda anak-anak peri
berselendang kelindan menari
hiburlah diri di ufuk sepi
biar berembun tak lagi berapi
AKU BICARA PADAMU
Aku bicara padamu
(Entah apa yang kau pikirkan tentangku dalam bisumu, menatapku tanpa ekspresi tak tergoda dengan gairah malam yang menggigit cerita...)
Gamang hati sunyi entah kemana pergi...
Aku bicara padamu
( Entah apa yang kau pikirkan tentangku , dalam matamu kulihat telaga es yang dingin, membuatku menggigil. Dimana kehangatan yang pernah meruntuhkan hatiku ?)
Senyap...kudengar rintihan hatiku sendiri dibawa terbang angin malam menuju megamega sunyi yang menutup rembulan.
Aku bicara padamu
tentang impianku
hidupku
yang tak hidup
(Entah apa yang kau pikirkan tentangku. Helaan napas yang menyesakkan dadaku terhembus memporakporandakan keinginanku untuk memperoleh perhatianmu yang kosong...)
Sunyi tetap sunyi pada janji...
Aku kehilanganmu...
Aku bicara padamu
seperti kemarin kemarin tak goyah hati
( Kesepian mendera berulang. Kukikis kecemasan di ujung malam sendiri, meski bayangmu di sampingku. Diam ! )
Aku kehilanganmu
Seperti kemarin kemarin kau kehilangan keperkasaanmu.
Menjadi karang atas gelombangku.
Aku bicara padamu
(Kau anggap aku tak ada. Sunyi....wajah wajah ayu merindu rengkuhan jiwamu yang terbagi, tak untukku...Malam menggigit rembulan yang kesepian. Gerhana ...)
Tak tersentuh jiwamu
Tak tergerak hatimu
Atas cinta yang kuukir di bibir malam
mencecap impian yang kulukis semusim.
Aku bicara padamu
(Kau abaikan apa yang kueja di renta hati....)
Pupus sudah segala impian di musim semipun langit tak memancarkan matahari...
Dingin...
Bibir bibir biru kelu.
Aku kehilanganmu.
Jumat, 24 Juni 2011
_ kamu __
CariLah . .
seorang pria yang mendengarkanmu disaat tak ada yang peduli dengan keluh kesahmu . .
Yang menelepon kembali ketika kamu menutup telepon . .
Yang mau tidur bersamamu hanya untuk menenangkanmu dari rasa cemas dan takut
Atau mau tetap terbangun untuk melihatmu tidur . .
Tunggulah . .
seorang pria yang mencium keningmu saat kamu berharap dia mencium bibirmu . .
Yang mau memamerkan dirimu pada dunia ketika kamu tampak begitu dekil . .
Yang menggenggam tanganmu di depan teman2nya. . .
Yang menganggap kamu tetap cantik tanpa riasan make up. .
Seseorang yg selalu mengingatkan kamu, betapa besar kepeduliannya padamu
& betapa beruntungnya dia memilikimu . .
seorang pria yang mendengarkanmu disaat tak ada yang peduli dengan keluh kesahmu . .
Yang menelepon kembali ketika kamu menutup telepon . .
Yang mau tidur bersamamu hanya untuk menenangkanmu dari rasa cemas dan takut
Atau mau tetap terbangun untuk melihatmu tidur . .
Tunggulah . .
seorang pria yang mencium keningmu saat kamu berharap dia mencium bibirmu . .
Yang mau memamerkan dirimu pada dunia ketika kamu tampak begitu dekil . .
Yang menggenggam tanganmu di depan teman2nya. . .
Yang menganggap kamu tetap cantik tanpa riasan make up. .
Seseorang yg selalu mengingatkan kamu, betapa besar kepeduliannya padamu
& betapa beruntungnya dia memilikimu . .
Sang Pemimpi
oleh Rhien Setianingsih
sambut hari baru di depanmu
sambung mimpi siap tuk melangkah
raih tanganku jika kau ragu
bila terjatuh ku kan menjaga
kita telah berjanji bersama
taklukan dunia ini
menghadapi segala tantangan
bersama mengejar mimpi-mimpi
berteriaklah hai sang pemimpi
kita tak kan berhenti di sini
kita telah berjanji bersama
taklukan dunia ini
menghadapi segala tantangan
bersama mengejar mimpi-mimpi
bersyukurlah pada yang maha kuasa
hargailah orang-orang yang menyayangimu
yang selalu ada setia di sisimu
siapapun jangan kau pernah sakiti
dalam pencarian jati dirimu
dan semua yang kau impikan
tegarlah sang pemimpi
LEWAT TENGAH MALAM
Tengah malam, perutku berbunyi. Di kulkas hanya ada telur, mie instan, tahu, juga jamur yang sebulan lalu tumbuh di dadaku. Aku hendak menjerang semuanya dalam panci, tapi air mata telah habis terkuras.
Bulan rebah di atas meja makan, katanya, jenuh sendirian di langit tapi tidak ada yang lebih membosankan dari menghitung detak jam dinding saat malam kian renta, terkantukkantuk menyimak musik jazz yang mengalun malas
(dalam mimpi, kau menghidangkan sepotong hati. Besok kita mentertawakan takdir bersama)
Bulan rebah di atas meja makan, katanya, jenuh sendirian di langit tapi tidak ada yang lebih membosankan dari menghitung detak jam dinding saat malam kian renta, terkantukkantuk menyimak musik jazz yang mengalun malas
(dalam mimpi, kau menghidangkan sepotong hati. Besok kita mentertawakan takdir bersama)
Sepagi Ini...
Sepagi ini mengingatmu
Di antara partikel embun
Pada kelopak bunga
Di ujung lembaran daun
Bening sejuk kaubawa
Sepagi ini menyapamu
Lewat air muka yang lama tak kutemu
Dalam garis senyum tergambar di bibir
Kaulepaskan mengalir
Di desir dadaku kautanamkan kelu
Sepagi ini inginkan hadirmu
Bersandar nyaman di bahu
Membaca koran pagi
Di antara teh hangat, secangkir kopi
Atau jalan-jalan di taman
Sepagi ini
Kauterbitkan rindu hati
Di antara partikel embun
Pada kelopak bunga
Di ujung lembaran daun
Bening sejuk kaubawa
Sepagi ini menyapamu
Lewat air muka yang lama tak kutemu
Dalam garis senyum tergambar di bibir
Kaulepaskan mengalir
Di desir dadaku kautanamkan kelu
Sepagi ini inginkan hadirmu
Bersandar nyaman di bahu
Membaca koran pagi
Di antara teh hangat, secangkir kopi
Atau jalan-jalan di taman
Sepagi ini
Kauterbitkan rindu hati
Kamis, 23 Juni 2011
Tulisan Arab yang Sering Dipakai Sehari-hari
Bismillahhirrahmanirrahim:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh:
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Amien ya rabbal ‘alamin:
آمِيّنْ… آمِيّنْ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ
Takbir:
اَللّهُ اَكْبَرُ
Takbir lebaran:
اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ
Alhamdulillahirabbil ‘alamin:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ucapan Idul Fitri:
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un:
نَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh:
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Amien ya rabbal ‘alamin:
آمِيّنْ… آمِيّنْ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ
Takbir:
اَللّهُ اَكْبَرُ
Takbir lebaran:
اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ
Alhamdulillahirabbil ‘alamin:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ucapan Idul Fitri:
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un:
نَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Surat untuk Kekasihku yang pergi
Jika cinta dibawa mati oleh Romeo & Juliet, lalu apakah yang tumbuh menjalar di hatiku? Kadang terasa terhunus Damascus, membelahnya menjadi kepingan seperti kaca yang tak berdaya. Tapi kadang ranum dan mewangi, siap disantap untuk pemilik mata yang berbinar. Oh, aku terkapar di antara bintang yang berserakan, menggilai kecantikan matahari karena cahayanya, sedang bulan terlalu pucat untuk dikagumi. Jangan biarkan aku mati bersama anak cinta ini.
Salam gundah dari pengelana hati.
Salam gundah dari pengelana hati.
Kata Mereka, Tapi Bagiku ...
Kata mereka, cinta tak harus sempurna,
Tapi bagiku,cinta mestilah sempurna...
Sempurna menyerahkan hati untuk yang dicinta...
Kata mereka, cinta tak harus memiliki,
Tapi bagiku, cinta haruslah memiliki...
Memiliki kesadaran untuk saling memberi, untuk saling memahami,
Untuk saling meghargai
Kata mereka, cinta itu sulit
Tapi bagiku, cinta tidaklah sulit
: karena cinta itu adalah kamu
Romansa: Saat Kamu Menangis
Kamu: Mengapa terkadang kita membutuhkan seseorang yang lain, ketika kita bersedih? Tidak bisakah kita memaknai kesedihan itu di dalam kesendirian kita. Hanya sendiri?
Saya: Mungkin karena seseorang itu hanya memiliki sebidang dada yang tidak mungkin dapat direbahkannya tangisnya. Sehingga, seseorang itu membutuhkan dada seseorang yang lain untuk membagi tangisnya dan untuk berbaring sejenak.
Kamu: . . .
Saya: Ehem, dan saya pikir, barangkali, dada saya cukup lapang untukmu menyimpan tangis, sebelum akhirnya kamu akan mencintai wanita yang lain di luar sana. Barangkali.
Kamu: Cinta..
Saya: Jangan terlalu mendramatisasi sesuatu, Cinta, nanti saya akan membantu kamu mencari Cinta yang mampu mencintai kamu. Bukankah itu gunanya sahabat?
Rabu, 22 Juni 2011
Sayap-sayap surga ( Kulepas Kau dari hatiku bag.15 )
Kulihat lagi makam itu
Bertaburan bunga sendu
Sungguh pilu merasuk relung hatiku
Dan terjawab sudah keraguan di dalam kalbu
Intan bersusun tiga
Itulah milikmu Tia sayang
Ambillah untukmu sekarang
Agar tidurmu sungguh lapang
Unyumu akan selalu kami simpan
Di setiap detakan irama percendolan
Tak akan ku buang walau secuil tetesan
Tunggu aku berkunjung di peraduanmu, Tia ku sayang.
Bertaburan bunga sendu
Sungguh pilu merasuk relung hatiku
Dan terjawab sudah keraguan di dalam kalbu
Intan bersusun tiga
Itulah milikmu Tia sayang
Ambillah untukmu sekarang
Agar tidurmu sungguh lapang
Unyumu akan selalu kami simpan
Di setiap detakan irama percendolan
Tak akan ku buang walau secuil tetesan
Tunggu aku berkunjung di peraduanmu, Tia ku sayang.
Selasa, 21 Juni 2011
KULEPAS KAU SETELAH HUJAN...
Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.
Hari pertama sejak aku memutuskan untuk membuang semua mimpi-mimpi yang entah ke tempat sampah tadi malam. Ternyata tidak ada yang berubah. Padahal dulu aku selalu berpikir, tanpanya, duniaku akan berubah abu-abu, itu sebabnya rasa takut menghantuiku. Tanpanya, bumi seketika bergoncang lalu badai maha dasyat melanda dan menenggelamkanku ke dasar sunyi yang paling maut. Kegelapan mengekal lalu bulan pecah dan gemintang berguguran satu per satu dari rantingnya. Itu sebabnya aku terus berkutat dengan sajak-sajak rindu yang semu. Aku takut tersedak air mataku sendiri.
Nyatanya, pagi ini, mentari masih menyapaku dengan ramah, menyapu sisasisa embun di pucuk dedaunan. Aku masih menyimak deru mesin yang terburu-buru di jalanan ditimpali omelan para ibu karena harga sembako yang tak jua bermurah hati. Dan aku masih harus berjibaku dengan 2 detik terakhirku yang paling berharga agar tidak terlambat masuk kantor, masih mengerjakan tugas-tugas yang membosankan lalu melakukan rutinitas lainnya yang percayalah sangat tidak penting. Ternyata semua masih sama seperti kemarin, tidak ada yang berubah.
Benar kata bidadari penenun air mata, tak seharusnya aku terjebak dalam penantian yang entah. Karena dia memang jelmaan dari entah yang tentu saja melahirkan mimpimimpi yang entah. Benar ujarnya, buat apa membuang waktu percuma, berdiri di stasiun sambil menggenggam setia karena jadwal keberangkatan itu memang tidak pernah ada. “Anggap saja sepakat yang pernah terjalin hanya sekedar basa-basi, mungkin saat itu kalian kehabisan bahan perbincangan sementara sunyi bosan menjadi sajian pertemuan kesekian yang entah.”
Sempat aku menyalahkan cupid tersebab salah melesakkan anak panah ke jantungku saat sosoknya muncul di ambang pintu. Saat itu aku berpikir, dia, pangeran yang akan menyelamatkanku dari menara sunyi setelah sebelumnya menghajar seekor monster dengan perkasa. Aku terus mengabaikan logika padahal telah berkali-kali cupid meminta maaf dan mengakui kelalaiannya. Lalu ketika camar mengabarkan duka dari seberang pulau, aku menangis sejadi-jadinya, menangisi sesuatu yang memang entah sejak semula. Kau tahu bagaimana rasanya ketika ribuan kembang api pecah di kepalamu, lalu bongkahan-bongkahan es di kutub selatan retak, menggelongsor, kemudian menghimpit dadamu hingga remuk.
Tanyaku tak pernah menemu jawabnya. Mengapa takdir sangat tidak adil padaku? Bukankah lima tahun itu bukan waktu yang sebentar? Mengapa aku malah disuruh menghitung airmataku sendiri? Aku mengutuk nyata yang berlalu begitu saja setelah merenggut mimpimimpiku tanpa iba. Kelak luka ini membias dalam matanya yang saga.
Tapi pada akhirnya aku menyerah karena apapun yang kulakukan takkan mengubah keadaan. Aku belajar menikmati deru, mengeja kata rela berkali-kali sambil menyimak desah napas yang tinggal satu-satu. Menyerah bukan berarti lemah, ujar bidadari penenun air mata. Terkadang menyerah berarti kuat untuk melangkah dan memulai hidup yang baru.
Luka itu kini kusimpan apik dalam buku harianku, lengkap dengan sebilah pisau yang pernah dia hujam, noda darah yang menghitam, juga air mata yang berkarat. Bukan maksudku mengenang apalagi mendeklamasikan luka itu kembali. Cuma sekedar penanda kalau aku pernah bertemu dengan pengembara sesat yang salah alamat. Pengingat untuk berhati-hati ketika jendela kamarku kembali diketuk, dan bila kelak itu tiba, aku harus meyakinkan diri kalau yang kujamu pangeran yang sesungguhnya, bukan pengembara yang linglung jalan pulang. Tersebab aku tidak ingin meringis sambil menyimak rerintik yang pecah di kaca jendelaku yang buram. Ah, benar kata mereka, aku tidak akan pernah menghargai pertemuan bila tidak pernah merasakan pedihnya berpisah, dan aku tidak pernah merasa memiliki bila tidak pernah kehilangan.
Hari ini hampir lalu, dan ternyata aku baik-baik saja. masih berkutat dengan pekerjaan yang membosankan, menyaksikan televisi yang tak henti bercerita tentang air mata, lalu menggores langit malam dengan selarik sajak pengantar tidur. Aku juga telah menyusun rencana, mulai besok, aku belajar merajut mimpi lagi, dan kali ini yang pasti.
Entah akan selalu menjadi entah dan tentu saja melahirkan angan yang entah dan aku tak mau menjadi entah.
Hujan Sebelum Juni Berakhir
awanawan itu bawa serta hujan singgah di beranda
berderai, ceritakan tentang adanya di setiap tetesan
seperti musim basah yang pulang, sebagaimana
: seorang Hawa tumpahkan isak di dada Adam
serupa rindu yang kesal lalu menggerutu
sambil mengingat gerak tarian hujan yang sempat lupa
mejameja telah basah oleh genangan kisah
sepi tibatiba pecah di binar mata yang resah
terserak ke segala arah hingga di sudut kota
pada petang, hujan masih sempat bergumam
tak pernah tahu sampai kapan meski katupan jemari
telah rapat di dada yang gigil
Kurangkai tentang mu
Awan.
Warna putihmu menggebu
mengajak ku ingin mengenalmu
di saat rindu hinggap menerpaku
ingin rasanya kuterbang keputihmu
menghirup bebasmu, tanpa perlu mengadu.
Pelangi.
Indahmu sungguh membahana
ingin kecerita pada dunia
saat kelam datang menyapa
selalu memberi ku hadiahkan cinta
kau menghibur ku dengan tatapan senja
Hujan.
Butiran lembut turun menurut
tak ada bantahan menyulut
hanya ikhlas yang kau pungut
demi satu tujuan tersebut
dalam perintah-Nya yang lembut
Bintang.
Engkau pun tak kalah dengan awan
atau pelangi yang punya warna kenangan
kau tetap berkelip jadi penerang
kau tetap pelita saat kegelapan datang
**
Dan ceritamu awan, pelangi, hujan dan bintang
selalu meninggikan imaji untuk tersenyum tenang
tanpa tersentak masalah yang lalu-lalang
tanpa memikirkan peluh mengenang
kalian selalu hadiahkan senyum terang
Kerinduan
Senja berganti malam
Bayangan-bayangan malaikat bersatu menyelimuti bumi
Sang peri mimpipun menaburkan harapan-harapan kecilnya kepada para pecinta yang terlelap
Tapi tidak denganku
Mataku tak berkelopak dan malam menjadi surga di atas rasaku
Bayangan-bayangan itu tak berkutik
Aku tak percaya
Kebekuan malam membuat imajinasiku tak bisa diam dan duduk manis
Imajinasiku menari-nari mengitari gemericik hujan yang menembus jiwa bumi
Ku tak berharap pelangikan warnai malamku setelahnya
Aku hanya ingin secawan rindu yang pernah kau suguhkan tuk lepaskan dahagaku tentangmu
Sulit terjamah logika
Menebal dan berbuku-buku
Jiwaku meronta sekejap
Rasa itu membelenggu tanpa ragu
Aku ingin pulang ke peraduan malam
Kembali ke balik kelambu mimpi putih
Membingkai penantian panjang
Merebahkan tubuh berselimutkan kegalauan
Akankah aku dirindukan?
Penghuni Jalan
Jika keheningan ini takkan terhentiBadai itu pasti datang dan merebut cinta serta sepi yang mendekap tubuhku ini
Andaikan ku mampu terbang tinggi ke awan
Aku pasti akan mengingat lagi semua
Karena kelembutan yang tercipta di jalan
Tak lebih dari dusta dalam senyum manja
Ku pernah menutup semua perjalanan
Menjadi sebuah tantangan hidup
Tapi setelah waktu bergulir
Aku kembali lagi menghuni jalan
Aku tak lagi dihiraukan
Yang ada mereka kian membenciku
Mengasingkanku diantara debu
Dan puing-puing yang berserakan
Aku jalani saja yang ada
Dan aku tak perduli lagi
Aku hanya ingin menjadi aku
Walau aku selalu bimbang
Pantaskah aku hidup?
Aku juga manusia
Khilaf
Dusta
Hina
Iri
Dengki
Dan aku juga berprasaan!
Aku ingin dianggap ada
Maafkan aku jika aku hanya bisa jadi aku
Sungguh
Andaikan ku mampu terbang tinggi ke awan
Aku pasti akan mengingat lagi semua
Karena kelembutan yang tercipta di jalan
Tak lebih dari dusta dalam senyum manja
Ku pernah menutup semua perjalanan
Menjadi sebuah tantangan hidup
Tapi setelah waktu bergulir
Aku kembali lagi menghuni jalan
Aku tak lagi dihiraukan
Yang ada mereka kian membenciku
Mengasingkanku diantara debu
Dan puing-puing yang berserakan
Aku jalani saja yang ada
Dan aku tak perduli lagi
Aku hanya ingin menjadi aku
Walau aku selalu bimbang
Pantaskah aku hidup?
Aku juga manusia
Khilaf
Dusta
Hina
Iri
Dengki
Dan aku juga berprasaan!
Aku ingin dianggap ada
Maafkan aku jika aku hanya bisa jadi aku
Sungguh
Kucing!
Hei!
Jangan panggil aku manis, aku malu
Jangan coba sentuh aku, aku takut
Karena aku betina, tidakkah kau mengusirku nanti?
Ku tidak akan mencakarmu bila kau mendekat
Singkirkan senjatamu Tuan
Karena amis hijau itu sungguh menggiurkanku
Biarkan aku mengikuti baunya sebentar
Dari sela-sela kantung gendutmu
Sebelum aku mencurinya saat kau lengah
Aku memang kucing!
Belailah aku dari ujung kepala sampai ujung ekor
agar aku merasakan telapak tanganmu yang besar
Biarkan aku merapatkan tubuhku ke tubuhmu
Menjilati bagian tubuhmu sampai kau geli
Bagian tubuh mana yang mau ku jilat?
Ayo bermain-main denganku
Agar kau mengaduh sampai gaduh
Teruslah berisik sambil menggelitik
Hingga buluku berdiri, teruslah begitu
Dan akupun bisa mengeong puas karenanya
Ya!
Aku Kucing!
Salahkah jika ku ingin disuapi makanan mewahmu?
Mungkin aku bisa mendengarkan lagu klasik
Dengan seteguk anggur putih diatas pangkuanmu
Dan kau bisa menjadikanku ratu sebelum menghamiliku
Membuang aku diantara dan dijadikan sampah
Mencintai menjamah membenci merawat sesudahnya
Ah!
Aku tahu aku Kucing!
Aku berhak tidur disampingmu malam ini
Dan berdampingan dengan yang lain esoknya
Karena aku memang Kucing
Jika anak-anakku menjadi Kucing
Mereka bisa berjuang selayaknya Kucing
Sama seperti aku
Ya!
Sebut saja aku Kucing!
Lentera Kertas
jika kau melihat laut biru terlelap
lihatlah sisi lain dari riaknya
maka kau akan menemukan hamparan bunga yang menari tak henti
dan tariklah napasmu dalam-dalam
sebelum kau terkejut melihat bintang mati
terganti dengan berjuta-juta lentera kertas
merubah warna duka langit menjadi gegap gempita
karena kau masih sesampan denganku
tetaplah melihat warna-warni mereka dari bola mataku
berbayang bersama tersiratnya kecintaanku padamu
maka kau akan mengerti sentuhan dari rambutku
jatuh terurai di atas bahumu yang kokoh
biarkan bunglon berubah mewarnai diri sesuka hati
karena malu melihat kita menerbangkannya
walau tak terucap "aku mencintaimu untuk selamanya"
tapi aku mendengar bisiknya dari lentera-lentera kertas yang tak bisa diam
mengalun mengikuti bayu yang berhembus mesra
mengelilingi perahu-perahu yang merapatkan tubuh
dan bebas beranjak menjejak-jejak
mimpi pertamaku telah terwujud
selanjutnya, kau adalah perhentian terakhir mimpiku

lihatlah sisi lain dari riaknya
maka kau akan menemukan hamparan bunga yang menari tak henti
dan tariklah napasmu dalam-dalam
sebelum kau terkejut melihat bintang mati
terganti dengan berjuta-juta lentera kertas
merubah warna duka langit menjadi gegap gempita
karena kau masih sesampan denganku
tetaplah melihat warna-warni mereka dari bola mataku
berbayang bersama tersiratnya kecintaanku padamu
maka kau akan mengerti sentuhan dari rambutku
jatuh terurai di atas bahumu yang kokoh
biarkan bunglon berubah mewarnai diri sesuka hati
karena malu melihat kita menerbangkannya
walau tak terucap "aku mencintaimu untuk selamanya"
tapi aku mendengar bisiknya dari lentera-lentera kertas yang tak bisa diam
mengalun mengikuti bayu yang berhembus mesra
mengelilingi perahu-perahu yang merapatkan tubuh
dan bebas beranjak menjejak-jejak
mimpi pertamaku telah terwujud
selanjutnya, kau adalah perhentian terakhir mimpiku

Pertemuan
Sepertinya, memang tidak banyak yang dapat kita artikan dari pertemuan tempo lalu.
Pertemuan, yang entah kenapa, sampai sekarang pun kuyakin, kau masih mengingat setiap detail yang terjadi di antara kita.
Tarikan nafas kita. Hembusan nafas kita. Gerak-gerik tubuh kita. Tatapan kita, yang tampaknya masih menyimpan apa-apa yang dapat kita simpan.
Pertemuan, kapankah ia mampu mempertemukan kita berdua, lagi?
Rindu yang Kusimpan di Kantung Celana
“Kau manis” katamu.
Aku hanya tersenyum. Padahal ingin sekali kuungkap betapa senangnya aku. Setahuku laki-laki akan senang bila pujiannya dihargai.
“Kau sudah membaca puisi yang kusertakan di suratku, kan? Kau suka?” tanyamu.
Aku mengangguk dan lagi-lagi hanya tersenyum. Andai kau tahu, sesekali aku ingin bisa menulis bait-bait indah sepertimu untuk mengungkap perasaan yang begitu tak kumengerti. Sebulan tak berjumpa denganmu, hanya cukup memberiku waktu menemukan satu kata saja. Rindu. Kata yang kemudian kutulis hati-hati di selembar kertas. Kusimpan di kantung celana yang paling alpa kubuka. Berharap rindu itu terlupa dan mungkin suatu hari tercuci tanpa sengaja.
Kenangan Tentangku
semalaman ini kau berkuda bersama waktu
ada sesuatu yang kau kejar
berusaha kau tusuk dengan jarum jam yang kau hunus itu
dan aku berharap saja kau bisa membunuhnya
dengan segera
ada sesuatu yang kau kejar
berusaha kau tusuk dengan jarum jam yang kau hunus itu
dan aku berharap saja kau bisa membunuhnya
dengan segera
Suatu hari
Pertemuan membingkai tirus wajahmu di bundar bola mataku. Menebalkan kembali sketsa yang lama tertangguh di sudut sepi sanubari. Bersama debar yang baru saja pulang dari pengasingan.
Dan satu per satu rintik hujan mengulum senyum kita, menjelmakannya dalam melodi gerimis -- yang ritmis.
Dan satu per satu rintik hujan mengulum senyum kita, menjelmakannya dalam melodi gerimis -- yang ritmis.
Selusin Muffin Cherry
Musim cherry sering datang terlalu cepat. Ranum merahnya bergelayut tepat di rekah senyummu, beberapa tergesa menggelincir jatuh, seakan mengancamku untuk segera memanen sisanya seperti biasa – dengan bibirku.
Dan apa yang sanggup kulakukan dengan berlimpah cherry di musim ini, sayang? Selain diam-diam meramunya dalam adonan, bersama rinduku yang tak bisa diam. Menata mereka rapi dalam pinggan dan menangguhkannya dalam pemanggang.
Selusin muffin cherry tengah menunggumu sebagai hidangan penutup makan malam.
Dan apa yang sanggup kulakukan dengan berlimpah cherry di musim ini, sayang? Selain diam-diam meramunya dalam adonan, bersama rinduku yang tak bisa diam. Menata mereka rapi dalam pinggan dan menangguhkannya dalam pemanggang.
Selusin muffin cherry tengah menunggumu sebagai hidangan penutup makan malam.
Senin, 20 Juni 2011
Angin tidak berbohong
“Angin sangat pintar berbohong. Dia pun pandai menghasyut, menghembuskan resah dan gelisah ke sudut-sudut perasaan. Akan ada kepuasan di atas segala gundah. Itulah angin.”
Saat ini angin memang sedang sangat banyak bicara, dan tak ada hal yang bisa kulakukan. Kuhabiskan waktu untuk sepenuhnya memperhatikan, hal-hal apa saja yang kaucakapkan dengan angin.
Angin berjalan mondar-mandir di depan bangku panjang stasiun, di hadapan kita, ke timur, balik kanan dan kemudian berbalik arah ke barat. Mengutarakan semua argumen-argumennya. “Jarak itu berbahaya” katanya “Jarak itu suka menyiksa, bahkan kadang-kadang suka membunuh”.
“Kami bisa mengatasinya, jangan khawatir” katamu.
Aku tak suka perdebatan kalian ini, sungguh. Aku tak ingin yakin pada apapun katamu, aku hanya ingin kau mendengarkan angin, tak peduli betapa pembohongnya dia. Aku yakin malam ini dia benar.
“Jarak itu suka menyiksa. Jarak itu berbahaya, kadang-kadang suka membunuh”
Angin tidak berbohong.
Pada Tubuh yang Kucumbu dengan Cemburu
Di setiap inchi permukaan kulit pesakmu yang sedang kujelajahi ini. Aku mengendus begitu banyak nafsu, entah nafsu pada apa, atau kepada siapa, atau mungkin sebenarnya bukan pada apa-apa atau kepada siapa-siapa. Mungkin hanya dugaanku saja.
Tapi ada begitu banyak jejak disitu, sayang. Di lembar terbuka atau di sudut-sudut keriput kulitmu yang tak lembut, ada sekeranjang kenang, selaksa kecupan, dan rindu-rindu yang pernah bermekaran.
Pun sedari tadi hidungku serasa tertusuk-tusuk aroma ingatanmu tentang gadis-gadis, yang manis, entah semanis gula, atau madu, atau permen cokelat yang tadi kau suapkan ke bibirku.
Sumpah! Ingin kucumbu alismu yang selebat ulat bulu. Lalu kupermainkan bola matamu yang tergantung di kelopaknya itu, setelah sedari tadi aku diperdaya olehnya. Aku, bayanganku telah diputar-putarnya disana, dibawanya ke kiri, ke kanan, timbul, tenggelam.
Dan kau tau, sayang? Aku, entah akan jadi korban cintamu yang keberapa. Aku rela, sungguh. Tapi bolehkah kutinggal jejak serupa kecup saja? Walau aku tak tahu tempat kubisa meninggalkannya.
Dimana?
Surat Biru
Sayang,
Sudah lewat beratus malam
Detik-detik bergulir mirip
tetes amarah dan gelisah yang entah
dingin menusuk
bukan panas atau membakar seperti seharusnya
Mungkin yang lebih membekukan adalah kerinduan
kenang yang datang bergelimang
menyapa di malam dan siang
pun muncul di beberapa senja
menggelayut manja
Sementara kesepian adalah sebaliknya
Mereka gemar meracau
mengetuk-ngetuk kepala sampai kacau
mengaduh
riuh
Tak habis sejuta gaduh
Kemudian malam dan aku semakin lelap
Dalam kebekuan
Dalam kegaduhan
Mengalamatkan Rindu
: sudah satu tahun satu minggu
Seandainya kuingat, sebaris lirik saja, dari ratusan lagu yang kau gubah untukku. Berpuluh malam lalu, mereka selalu mengejutkan, mengalun di telinga begitu saja tanpa pengawalan. Dan dentumnya segera saja, memicu jantungku seribu kali lebih cepat dari biasanya. Beruntung aku masih hidup sampai saat ini. Untuk mengingat-ingat, memikirkan dari pintu mana mereka dulu datang. Lewat jalan mana mereka pulang. Kalau mungkin bisa kutelusuri rumahnya. Ingin kutangkap senada saja. Untuk kusuntingkan di telinga. Seperti bunga tidur yang dulu sering tumbuh di kepala. Harum searoma nafasmu.
Suaramu dulu terngiang, sekarang hilang. Kadang baitbait puisimu lalu lalang, namun tak pernah ada yang menyambutnya bersulang. Pun wajahmu mulai redup di mataku. Diganti wajah baru yang berkelebat sepanjang waktu. Malam ini, sejenak aku mengenangmu. Hanya saja aku tak tahu, kemana sewajarnya aku harus mengalamatkan rindu.
Langit mengerti denganku
: langit yang mengerti, langit yang memahami
Sabit bulan masih kupeluk di malam ke tiga ratus tujuh puluh enam. Pun kerlip bintang masih kusimpan sebagai kilau pemikat pengelana di malam-malam. Tak berbeda, tak ada jauh jeda, setelah hujan memaksaku meluruh, entah seberapa jauh. Aku masih bernaung padamu, menggenggam rindu yang tak beralasan.
Dan di pagi hari aku merona, bercermin padamu, mengekor waktu. Merah, jingga, kemudian biru. Kukirim sandi pada mentari. Lambungkan aku kembali ke dekap semestamu, serupa gumpalan suci, mimpi-mimpi kita yang seputih kapas. Aku dan kau --langit. Kita satu.
Tira-miss-you (a Relationship Should be Like a Dessert)
Sejumput uraian konsep dari Buku Mars and Venus on a Date by John Grey
Hampir semua orang berusia dewasa pernah menjalin hubungan istimewa dengan lawan jenis, atau secara sederhana disebut pacaran. Hubungan pacaran ini tentu berbeda dengan hubungan pernikahan, dimana (menurut opini saya) dalam hubungan pacaran, seseorang masih memiliki hak 80% kehidupannya sebagai dirinya sendiri dan 20% kehidupannya bersama pasangan (pacarnya). Berbeda dengan hubungan pernikahan, (lagi2 menurut saya) dimana berlaku sebaliknya. 80% kehidupan seseorang adalah kehidupan bersama pasangannya sedangkan 20% kehidupannya masih miliknya sendiri.
John Grey dalam buku Mars and Venus on a Date menerangkan konsep bahwa pacaran sebaiknya seperti hidangan penutup. Inti dari konsep ini (menurut saya lagi) adalah bahwa pacaran bukanlah “segalanya” dalam hidup. Dalam kehidupan, kita diharuskan untuk membagi diri kita dalam banyak konsentrasi atau urusan. Sebagai contoh, saya membagi kehidupan saya untuk beberapa konsentrasi yaitu :
Dari pengalaman saya, saat berstatus “single”, konsentrasi saya mungkin akan terfokus secara baik dan seimbang ke 9 hal selain cinta. Kemudian saat beralih ke status “in a relationship” terkadang terjadi perubahan besar dimana saya menjadi (sedikit/banyak) lebih mengabaikan hal-hal yang lain. Namanya juga sedang berbunga-bunga alias mabuk cinta (xDD). Mungkin sebagian dari pembaca juga pernah mengalami hal seperti saya. Ketidakadilan ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi, dan harus segera disikapi secara bijaksana.
Dalam hidup ini, kesembilan hal selain pacaran merupakan hidangan utama yang seharusnya kita santap. Sedangkan pacaran sebaiknya ditempatkan sebagai hidangan penutup. Jangan memandang sebelah mata hidangan penutup ini. Hidangan penutup, walau umumnya dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, namun para koki biasanya mempersiapkan dengan segenap jiwa raga, sepenuh hati, sekuat tenaga sampai berdarah-darah (lebay) agar dalam jumlah yang sedikit saja, hidangan penutup dapat memberikan kepuasan dan rasa lengkap bagi penikmatnya. Begitu juga pacaran. Setelah kita penat menyantap berbagai hidangan utama dalam hidup (terutama mungkin pekerjaan) yang begitu melelahkan, maka di akhir hari, di akhir pekan, atau di akhir bulan (tergantung bagaimana siklus waktu setiap orang), kita akan siap sepenuhnya untuk menikmati hidangan penutup yang manis dan segar.
Hal yang terpenting adalah jangan menjadikan pasangan kita sebagai hidangan utama, hal itu akan sangat melelahkan dan sebenarnya mustahil karena tidak ada seorang pun yang sanggup menjadi hidangan utama. Manjadikan pasangan sebagai hidangan utama adalah perbuatan yang sangat kejam, melanggar hak asasi manusia. Jangan tuntut pasangan untuk jadi pengisi seluruh hari kita, memaksanya untuk menemani kita saats kesepian, memaksanya untuk menyembuhkan kita setiap kali kita bete, dan lain sebagainya. Karena hal itu sangatlah melelahkan, membosankan, dan bisa jadi akan membuat mereka merasa terbebani.
Bagi konsentrasi secara adil pada 9 hal selain pacaran dan nikmati hidangan utama sebaik-baiknya. Jika merasa kesepian, lakukan hal yang menyenangkan, misalnya menjalankan hobi atau mengembangkan bakat, bergaul dengan teman-teman, berbagi dengan keluarga, bekerja, belajar, berdoa, dan lain sebagainya. Pacaran bukanlah seluruh kehidupan kita, jadilah 80% diri kita sendiri. Dan siapkan yang terbaik untuk 20% hidangan penutup berupa kebersamaan dengan pasangan secara total. Tabung kerinduan kita sampai batas maksimal, kemudian perhatikan kreativitas apa yang bisa muncul dari kerinduan kita itu. :D
Good Luck buat relationshipnya masing2 yah…
“Jodoh adalah orang yang bisa memunculkan hal-hal terbaik dari dalam diri kita – John Grey”
NB.
Saya baru belajar menulis artikel, maaf bahasanya kacau. Feel free to remove tag ya. Thank u

Hampir semua orang berusia dewasa pernah menjalin hubungan istimewa dengan lawan jenis, atau secara sederhana disebut pacaran. Hubungan pacaran ini tentu berbeda dengan hubungan pernikahan, dimana (menurut opini saya) dalam hubungan pacaran, seseorang masih memiliki hak 80% kehidupannya sebagai dirinya sendiri dan 20% kehidupannya bersama pasangan (pacarnya). Berbeda dengan hubungan pernikahan, (lagi2 menurut saya) dimana berlaku sebaliknya. 80% kehidupan seseorang adalah kehidupan bersama pasangannya sedangkan 20% kehidupannya masih miliknya sendiri.
John Grey dalam buku Mars and Venus on a Date menerangkan konsep bahwa pacaran sebaiknya seperti hidangan penutup. Inti dari konsep ini (menurut saya lagi) adalah bahwa pacaran bukanlah “segalanya” dalam hidup. Dalam kehidupan, kita diharuskan untuk membagi diri kita dalam banyak konsentrasi atau urusan. Sebagai contoh, saya membagi kehidupan saya untuk beberapa konsentrasi yaitu :
- KeTuhanan
- Negara
- Keluarga
- Sahabat dan teman
- Study
- Karir
- Bisnis
- Cinta
- Hobi
- Pengembangan bakat dan keterampilan
Dari pengalaman saya, saat berstatus “single”, konsentrasi saya mungkin akan terfokus secara baik dan seimbang ke 9 hal selain cinta. Kemudian saat beralih ke status “in a relationship” terkadang terjadi perubahan besar dimana saya menjadi (sedikit/banyak) lebih mengabaikan hal-hal yang lain. Namanya juga sedang berbunga-bunga alias mabuk cinta (xDD). Mungkin sebagian dari pembaca juga pernah mengalami hal seperti saya. Ketidakadilan ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi, dan harus segera disikapi secara bijaksana.
Dalam hidup ini, kesembilan hal selain pacaran merupakan hidangan utama yang seharusnya kita santap. Sedangkan pacaran sebaiknya ditempatkan sebagai hidangan penutup. Jangan memandang sebelah mata hidangan penutup ini. Hidangan penutup, walau umumnya dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, namun para koki biasanya mempersiapkan dengan segenap jiwa raga, sepenuh hati, sekuat tenaga sampai berdarah-darah (lebay) agar dalam jumlah yang sedikit saja, hidangan penutup dapat memberikan kepuasan dan rasa lengkap bagi penikmatnya. Begitu juga pacaran. Setelah kita penat menyantap berbagai hidangan utama dalam hidup (terutama mungkin pekerjaan) yang begitu melelahkan, maka di akhir hari, di akhir pekan, atau di akhir bulan (tergantung bagaimana siklus waktu setiap orang), kita akan siap sepenuhnya untuk menikmati hidangan penutup yang manis dan segar.
Hal yang terpenting adalah jangan menjadikan pasangan kita sebagai hidangan utama, hal itu akan sangat melelahkan dan sebenarnya mustahil karena tidak ada seorang pun yang sanggup menjadi hidangan utama. Manjadikan pasangan sebagai hidangan utama adalah perbuatan yang sangat kejam, melanggar hak asasi manusia. Jangan tuntut pasangan untuk jadi pengisi seluruh hari kita, memaksanya untuk menemani kita saats kesepian, memaksanya untuk menyembuhkan kita setiap kali kita bete, dan lain sebagainya. Karena hal itu sangatlah melelahkan, membosankan, dan bisa jadi akan membuat mereka merasa terbebani.
Bagi konsentrasi secara adil pada 9 hal selain pacaran dan nikmati hidangan utama sebaik-baiknya. Jika merasa kesepian, lakukan hal yang menyenangkan, misalnya menjalankan hobi atau mengembangkan bakat, bergaul dengan teman-teman, berbagi dengan keluarga, bekerja, belajar, berdoa, dan lain sebagainya. Pacaran bukanlah seluruh kehidupan kita, jadilah 80% diri kita sendiri. Dan siapkan yang terbaik untuk 20% hidangan penutup berupa kebersamaan dengan pasangan secara total. Tabung kerinduan kita sampai batas maksimal, kemudian perhatikan kreativitas apa yang bisa muncul dari kerinduan kita itu. :D
Good Luck buat relationshipnya masing2 yah…
“Jodoh adalah orang yang bisa memunculkan hal-hal terbaik dari dalam diri kita – John Grey”
NB.
Saya baru belajar menulis artikel, maaf bahasanya kacau. Feel free to remove tag ya. Thank u

Sedangkan
Mencintaimu mungkin mirip menghirup udara, aku akan mati bila tak kembali menghembuskannya. Pun kurasakan sekarang mereka semakin enggan mengunjungi dadaku lama-lama, walaupun aku sudah bersusah payah mengundang mereka sekuat tenaga. Aku lelah, aku benci terengah.
Kenanganmu lebih betah tinggal daripada udara, mereka suka berputar di kepala, mengunjungi jantungku dan sebagainya. Barangkali mereka akan tinggal beberapa tahun atau mungkin selamanya. Beramai-ramai menyusuri tubuhku bersama aliran darah. Kusengaja saja segala hal tentangmu itu semakin memenuhi aku.
Ada selang yang merasa lebih berhak mengisi darahku dengan hal yang begitu berbeda, hal yang menurutnya akan lebih sanggup menghidupiku --sok tahu.
Darahku semakin sesak saja, kemudian kenangan tentangmu mulai berlarian ke udara, kutangkap dengan puisi yang kueja terbata-bata.
Waktu sekarang suka mempermainkanku, memindahkan aku seenaknya, kemudian tiba-tiba aku terbangun dalam dimensinya yang lain. Sedangkan aku semakin sering kehilangan diriku, semakin sering kehilangan waktu. Semakin kehilangan kenangan tentangmu yang berusaha melarikan diri dari kepalaku.
Yang singkat semakin singkat. Apa aku telah bergerak sampai sedemikian dekat?
Kenanganmu lebih betah tinggal daripada udara, mereka suka berputar di kepala, mengunjungi jantungku dan sebagainya. Barangkali mereka akan tinggal beberapa tahun atau mungkin selamanya. Beramai-ramai menyusuri tubuhku bersama aliran darah. Kusengaja saja segala hal tentangmu itu semakin memenuhi aku.
Ada selang yang merasa lebih berhak mengisi darahku dengan hal yang begitu berbeda, hal yang menurutnya akan lebih sanggup menghidupiku --sok tahu.
Darahku semakin sesak saja, kemudian kenangan tentangmu mulai berlarian ke udara, kutangkap dengan puisi yang kueja terbata-bata.
Waktu sekarang suka mempermainkanku, memindahkan aku seenaknya, kemudian tiba-tiba aku terbangun dalam dimensinya yang lain. Sedangkan aku semakin sering kehilangan diriku, semakin sering kehilangan waktu. Semakin kehilangan kenangan tentangmu yang berusaha melarikan diri dari kepalaku.
Yang singkat semakin singkat. Apa aku telah bergerak sampai sedemikian dekat?
SEJENAK DI STASIUN
Semestinya kita tidak bertemu di stasiun yang senantiasa mencatat haru biru perpisahan, lambai tangan dan bola mata yang menggelinding. Derak roda, dan gerbong yang mengguncang itu telah mengaduk-aduk nalar. Pertandakah ini?
Jika memang harus kembali mengapa engkau sisakan potongan pelangi, semisal kereta senja yang pergi bersama malam kemudian beranjak lalu dalam bisu. Sementara aku menghitung jejak di atas kursi renta ruang tunggu, yang selalu disinggahi beberapa puing harap yang tak menentu, hanya menyisakan abu dan beberapa sampah bahkan ludah.
Sepertimu, aku tidak pernah harap pertemuan ini, apalagi mereka-reka ingatan lalu mencatatnya dalam sajaksajak sendu, minta dikenang, kelak ketika jenuh mencekik, atau saat sunyi menjadi teman paling abadi. Tapi stasiun telah mencatat deru di dadaku, di antara tangis bayi, dan teriak para pedagang asongan, juga keluh calon penumpang karena jadwal kereta diundur, berkali-kali.
Mungkin aku hanya menunggu giliran, menuju stasiun terakhir yang menjadi ujung ceritaku, namun lagilagi senyummu membiaskan tekadku. Meski aku harus beranjak dari diamku bersama asap yang mengabu.
...
Peluit berbunyi, takdir menyuruh kita beranjak. Sepasang mata pualam, segiris senyum, dan percakapanpercakapan monolog itu tidak akan muat dalam koperku. Aku pikir, ucapan selamat tinggal lebih dari cukup membuat mengerti, stasiun hanya persinggahan sebelum kita menemukan ujung perjalanan, masing-masing--dan itu bukan kau.
Mungkin serupa janji atau hanya keping memori yang berlalu bersama laju sang waktu.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kolab sambil lalu dengan Furi di sela jam-jam sibuk. Masih saling membaca.
Minggu, 19 Juni 2011
Dalam diammu aku mengerti
Ketika kehadiranmu membantu mengenyahkan keterbatasan kata diantara kita.
Sesungguhnya dalam diammu aku mengerti.
Bahwa disana terdapat rasa.
Cinta.
Sesungguhnya dalam diammu aku mengerti.
Bahwa disana terdapat rasa.
Cinta.
Indah Pada Waktunya ( Part I )
“Semua indah pada waktunya”
Kalimat itu sering aku dengar akhir-akhir ini. Yahh..aku Cuma berfikir waktu itu entah sampai kapan akan datang. Waktu yang membuat aku mengerti akan maksud dan indahnya cinta dan waktu yang mampu menghapus semua kebencian ku akan cinta itu juga.
****
Cinta itu bulshiit, cinta itu hanya sebuah fatamorgana, dan cinta hanya kedok dari sebuah kemunafikkan. Persetan dengan mereka yang memandang aku sebagai seseorang yang angkuh untuk mengenal cinta. Cinta yang aku kenal hanya cinta seorang Ibu kepada Anaknya.
Kalau mereka bertanya, mengapa aku tak pernah membercayai lima huruf ”c i n t a” itu ?
Maka aku akan menjawab dengan lantang bahwa cinta itu lah yang dulu menyakitiku, membohongiku dan membuat hidupku dan ibuku penuh dengan makian dan cacian orang-orang disekelilingku.
Ibu ”sang malaikat” dalam hidupku berjuang sendiri membesarkan aku sejak aku mulai menghirup udara dan sejak tangisan ku mulai memecahkan kebisingan dunia yang penuh sesak dengan orang-orang bertopeng indah .
Ayah yang mencampakkan aku dan ibuku dalam keterasingan dunia hingga orang-orang memandang sebelah mata keberadaan kami. Dan seseorang yang aku fikir akan jauh lebih baik dari sosok sang ayah yang tak pernah aku kenal, ternyata sama saja. Jadi jangan pernah menyalahkan aku jika aku membenci CINTA itu.
Tapi aku bahagia dengan hidupku sekarang, hidup dengan menggunakan topeng cinta untuk membalas semua kepedihanku. Membuat mereka perlahan-lahan memberiku semua yang aku ingankan bahkan rela bersujud hanya untuk mengemis cinta kepadaku. Bahagia???hemm..sudahlah, aku juga tidak tahu bagaimana bentuk bahkan rasanya sebuah kebahagian itu yang sebenarnya. Yang aku tahu hanya kepuasan, kepuasan melihat mereka terjatuh, kesal, bahkan hancur setelah mereka mampu membuka topeng cintaku.
Aku menciptakan dunia baru dalam hidupku, dunia penuh dendam, ambisi dan kepalsuan. Karena dari kecil aku sudah terbentuk dari tiga perasaan itu. Aku memulai kisah ini dengan kebahagiaan yang aku cipatakan dari duniaku.
************
”Rel, loe udah putus sama Dika?” Merry salah seorang teman terdekat ku dikampus mulai menanyakan hubungan ku dengan salah seorang anak penyandang dana terbesar dikampusku.
”Udah” jawab ku enteng sambil memutar-mutarkan pena yang aku pegang dengan tanganku.
”Loe gila ya Rel, loe pacaran udah kayak ganti underwhere aja. Baru bentar udah putus lagi” dengan setengah melotot Merry kembali melanjutkan obrolannya.
Aku hanya membalas ucapannya dengan senyum dan menaikkan satu alisku. Dika adalah salah satu korban cintaku, tapi entah korban keberapa olehku. Aku tidak dengan rinci menghitung para lelaki yang telah aku bodohi dengan sikap manisku. Dengan bermodalkan fisikku yang menurutku sudah cukup untuk mendekati dan memanfaatkan mereka, dan aku menikmati itu.
”AUREL,,,,,,aku akan nunggu kamu disini sampai kamu mau kembali sama aku” terdengar oleh ku suara teriakan dari halaman kampus, semua anak-anak berlari melihat sumber suara itu, tapi aku masih duduk manis dikursi kelasku.
”Rel, itu Dika lagi berdiri ditengah-tengah lapangan basket. Loe gak kasihan, diluar kan lagi hujan..”Merry kembali mendekatiku setelah dia melihat asal suara tadi.
”Biarin aja lah Mer, lagian ntar capek dia juga berhenti sendiri. Loe juga kayak baru pertama kali lihat aksi mereka yang habis putus sama gue” masih dengan tersenyum simpul aku menjawab omongan Merry.
”Gue gak habis fikir ya lo bisa kayak gini, gue tau loe cantik, pintar. Tapi loe gak punya hati Rel. Gue bisa maklumin sifat matre loe, tapi kali ini gue udah capek sama sikap loe Rel. Loe udah benar-benar kelewatan.” setelah mengeluarkan semua amarahnya, Merry meninggalkan aku yang masih duduk tenang di kursiku.
Aku tidah pernah menyalahkan mereka yang berfikiran seperti itu terhadap ku, masa bodoh dengan pendapat mereka. Mengerti apa mereka tentang aku, hidupku dan masalahku. Yang mereka tahu hanya menyalahkan atas sikapku yang mereka nilai salah. Ini adalah hidupku, hanya aku yang berhak menentukan mana yang salah atau tidak.
********
Sudah dua hari Setelah kejadiaan hari itu, aku dan Merry masih belum saling menyapa. Selain Merry aku sudah tidak memiliki teman lagi, karena rata-rata semua perempuan Dikampusku sangat membenci aku, entah karena pacar mereka yang aku ambil atau mungkin karena rasa iri mereka, aku tidak tahu pasti. Aku juga tidak terlalu perduli dengan sikap mereka. Aku menuju ke kantin kampus sendirian, mereka menatap ku dengan tatapan yang tidak asing lagi olehku, entah itu mencemooh, atau tatapan sinis. Sekali lagi aku tidak memperdulikan itu, aku santai melewati mereka dan berhasil sampai dikantin kampus, banyak kursi kosong, dan aku memilih untuk duduk dipojok agar aku bisa bebas dari tatapan mereka dari pintu luar kantin.
Setengah asik menyantap bakso yang aku pesan tiba-tiba Merry mendekatiku, dengan tatapan marah dihempasnya buku yang dibawa nya ke atas meja kantin dekatku, semua mata kini tertuju kearah kami, aku tidak pernah sebelumnya melihat Merry semarah ini atas sikapku pada mantan-mantan pacarku.
”PUAS loe rel!!”dengan nada setengah membentak dan mata yang melotot Merry memulai pembicaraan kami dengan masih berdiri didepanku.
”Maksud loe apa sih mer, gue gak ngerti” ku hentikan niatku untuk memakan semangkok bakso yang telah tersedia dihadapanku.
”Loe masih belagak begok atau beneran begok hah!!loe lupa apa yang udah loe lakuin ke Dika? gara-gara loe Dika masuk rumah sakit, PUAS LOE!!!”
Aku melihat kemarahan dimata Merry saat mengatakan itu, aku masih tidak mengerti kenapa Merry sampai segitu membenciku atas sikap ku kepada Dika, padahal sebelumnya dia juga sudah melihat sikapku yang seperti ini kepada mantan-mantan pacarku yang sebelumnya. Aku melihat ada hal lain yang membuat Merry sampai semarah ini terhadapku.
”Kenapa jadi loe yang repot? Salah dia sendiri, siapa suruh hujan-hujanan” aku mencoba menjawab dengan enteng omongan dari Merry tadi.
Dengan wajah merah padam Merry pergi meninggalkan aku di kantin, ”Loe suka sama Dika kan?” sebelum Merry jauh meninggalkan tempatku, aku melanjutkan kalimatku tadi, sontak langkah Merry berhenti dan melihat kembali kearahku dengan tatapan yang entah lah aku tidak dapat menggambarkan tatapan marah bercampur kaget mendengar kalimat terakhirku tadi. Dan dia kembali melanjutklan langkahnya.
**********
Sesampai di kamar, kurebahkan tubuhku ke tempat ternyaman saat aku lelah menjalani hari-hariku, hanya tempat tidur yang mampu melepaskan semua penat dan lelah yang aku rasakan setelah melakukan rutinitasku. Aku pandangi langit-langit kamarku, ada sepasang cicak yang sedang memperhatikanku, mereka seolah-olah juga ikut menceritakan aku. Kembali aku mencoba memikirkan segala sikap dan tingkahku selama ini. Mungkin Merry juga ada benar nya..batinku mulai membenarkan pemikiran orang-orang terhadap tingkah dan sikapku selama ini, tujuan hidupku mulai samar untuk aku yakini. Apa yang aku dapatkan dari sikap ini, kebahagian seperti apa yang ingin aku miliki dengan sikap ini, sampai kapan aku harus seperti ini?? Pertanyaan-pertanyaan senada itu menari di otakku dan mulai menggoyahkan keyakinan atas sikapku selama ini.
Aku mulai bosan menjalani hari-hari seperti ini dan kehidupanku yang memang sudah tidak sehat seperti dalam pemikiran-pemikiran mereka. Apa memang seperti ini yang aku inginkan? Ku paksa memejamkan mataku hanya untuk sekedar menenangkan diriku saat ini.
________________
Brakkkkkkkkkkkk
”Aduhh, maaf mas saya tadi gak lihat..benaran mas saya benar-benar gak sengaja..maaf mas..maaf banget ya mas..” aku menumpahkan jus yang telah aku beli di kantin tadi, akhir-akhir ini aku memang sering melamun setelah pertengkaran ku denga Merry tempo hari. Dan hasilnya seperti hari ini, segelas jus yang aku pegang dan awalnya hendak aku minum tertumpah di baju seorang cowok yang tidak sengaja bertabrakan denganku di koridor kampus.
”Makanya kalau jalan jangan sambil ngelamun..jadi kotorkan baju gue” sambil membersihkan bajunya dari sisa jus alpokat yang aku tumpahkan, cowok itu menjawab dengan sedikit ketus.
”Ya saya gak sengaja, lagian kan saya juga udah minta maaf dari tadi” aku mencoba membela diri.
”Gue gak mau tau, pokoknya loe harus gantiin baju gue yang udah loe tumpahin ini..!!”
”Hahhh...?????????” sedikit kaget bercampur kesal aku mendengar omongan cowok itu.
”Kenapa? gak punya uang loe?” dengan senyum mencibir cowok itu melihat kearahku
”Sialan ne cowok, haduhh, apes banget sih gue hari ini ketemu sama orang aneh kayak gini” batinku
”Hehh...!! budek loe?” cowok tadi kembali melanjutkan omongannya melihat aku malah melamun.
”Iya, ntar gue gantiin..!! kalau perlu sepuluh biji gue gantiin tuh baju loe!!”
”Ntar??? gak!! gue mau sekarang loe ganti baju gue!!
”Hehh..!! loe benar-benar nyebelin ya. Nih gue ganti baju loe!” emosiku rasa memuncak bertemu dengan cowok seperti ini, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet.
”Cukup kan buat beli sepuluh untuk gantiin baju loe ini!!” dengan tersenyum sinis dan menyerahkan uang ketangan cowok itu aku beranjak meninggalkannya.
”Hehh, tunggu!!” suara cowok menyebalkan itu kembali lagi terdengar di telingaku, mau gak mau aku menghentikan langkahku.
”Kenapa lagi?” jawabku malas
”Ini uang loe, gue mau lo beliin baju buat gantiin baju gue ini. Bukannya uang loe, ngerti?” sambil menyerahkan uang yang aku berikan tadi cowok itu berlalu di hadapanku.
”Inget, besok gue tagih hutang loe!” terdengar kembali suara cowok itu sambil terus berjalan meninggalkan aku di koridor ini.
Dan dari situlah awal aku mengenal sosok Rivo, sejak kejadian itu aku dan Rivo menjadi semakin akrab, ternyata dia bukan tipe orang yang menyebalkan seperti yang aku fikirkan di awal saat aku bertemu dengannya. Sosoknya sangat berbeda dengan banyak cowok yang sbelumnya sudah banyak aku temui selama ini, dan entah mengapa aku tidak pernah mampu melakukan segala hal yang dulu sering aku lakukan terhadap para laki-laki seperti mantan-mantan pacarku sebelumnya. Memang aku dan Rivo belum resmi jadian, tapi aku tau dari sikapnya terhadapku kalau dia juga menyimpan rasa seperti yang sedang aku rasakan.
”Seharusnya aku tidak boleh lemah seperti ini, kenapa aku tidak mampu melakukan hal-hal yang dulu aku lakukan untuk mempermainkan perasaan mereka, kenapa aku memakai hati untuk permainan yang aku ciptakan ini.” batinku mulai mempertanyakan hal-hal yang terjadi padaku saat ini.
Seiring berjalannya waktu dan kedekatanku dengan Rivo sudah pada batas jauh lebih dari hanya sekedar seorang teman, sepertinya aku mulai terperangkap dengan permainan yang aku buat sendiri, aku tidak pernah sebelumnya merasakan hal ini, hemmm.. Pernah mungkin. Ya dulu, dengan seseorang yang juga mencampakkan aku sama halnya dengan ayah yang mencampakkan aku dan ibuku. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan itu lagi, aku tidak boleh terperangkap oleh permainanku sendiri. Dan aku tidak akan perah lagi mengulangi kebodohanku dulu membiarkan cinta mengalahkan dan menghancurkan aku. Tapi sekuat apapun aku melawan kenapa rasa ini malah semakin menyiksaku.
*********
”Rel, aku mau ngomong satu hal serius sama kamu” Rivo mengenggam jari-jariku dan menatapku dengan dalam, jantungku selalu berdegub berkejar-kejaran dan angin malam terasa semakin dingin aku rasakan saat tatapan Rivo menatap kedalam mataku.
”Mau ngo-mong-apa-seh vo?” jawabku terdengar jelas sangat gugup
Rivo melepaskan gengaman tangannya dari jari-jariku, dia berjalan meninggalkan aku, masih dalam kebingungan dan sedikit rasa kesal atas sikapnya aku masih duduk di tempat yang tadi, sejenak aku melihat Rivo datang dan menghampiriku kembali dengan membawa toples yang tertutup kain hitam. Alisku mulai bertaut melihat sikapnya yang semakin aneh.
”Ini apa vo?” aku mulai penasaran dengan isi toples yang di bawa Rivo tadi.
”Kamu buka aja” dengan tersenyum Rivo meberikan aku toples itu
Aku mulai mumbuka kain penutup toples itu dan aku melihat beberapa kunang-kunang yang sangat indah berada dalam toples itu. Cahaya dari kunang-kunang adalah cahaya yang paling indah yang aku lihat malam ini.
”Rivo...ini cantik banget” dengan masih tak percaya aku berulang kali melihat kunang-kunang dalam toples itu.
Rivo tiba-tiba mengambil toples itu dan meletakkannya di sebelahnya dan Rivo kembali mengenggam tanganku lagi
”Aku sayang kamu rel, aku ingin menjadi cahaya indah buat hidup kamu, sama hal nya seperti cahaya kunang-kunang ini yang selalu membahagiakan kamu”
Aku terdiam mendengar kata-kata Rivo, batinku kembali mempermasalahkan tentang perasaan ini. Di satu sisi aku sangat menyayangi dan mencintai Rivo, tapi disisi lain persepsiku tentang cinta kembali menghempaskan dan memaksa aku untuk membuang jauh semua perasaan ini.
”Rel...kamu mau kan jadi pacar aku?” Rivo kembali melanjutkan kalimatnya dan kalimat itu mengagetkan semua gejolak batinku saat ini.
”Tidak ada salahnya untuk mencoba mengikis semua persepsi burukku tentang cinta dan menggantinya dengan cerita indah bersama Rivo.”batinku
”Aurel” Rivo menyadarkan aku dari semua lamunanku
”Iya vo, aku mau” dengan tersenyum manis aku menjawab pertanyaan Rivo, dan malam ini menjadi malam terindah dan makna cinta terindah yang pernah aku rasakan.
****************
Sebulan sudah aku dan Rivo menjalani hari-hari indah kami, seiring berjalannya hubungan indah kami, aku tahu kalau saat ini rivo hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Dan hari ini aku masak spesial untuk sebulan jadian kami. Dia telah perlahan-lahan mengubah persepsiku tentang cinta dan perlahan-lahan juga mengikis kebencianku terhadap kepalsuan cinta yang sebelumnya sering aku dapati dan aku lakukan. Dan aku fikir saat ini waktu yang indah itu telah datang padaku, memberiku semua makna indah dari cinta yang aku benci dulu..
”Sebentar lagi aku sampai dirumahnya Rivo dan memberi surprise ini” aku tersenyum sendiri mengenang pertama kali aku bertemu dengan Rivo.
”Kok seperti mobil Merry yang terparkir dihalaman rumah Rivo” fikirku, langsung aku menuju pintu rumah Rivo, beberapa kali aku mengetuk pintu rumahnya.
”Ehh,ada Aurel..masuk Rel, Rivo ada dikamarnya sama teman-temannya juga” om Sukmo mempersilahkan aku masuk dengan tersenyum manis, Om sukmo sangat ramah kepadaku, aku juga tidak tahu pasti dia juga sangat menyayangiku begitu juga aku. Entah kenapa, mungkin juga karena aku telah lama merindukan kasih sayang ayah jadi aku merasa sayang dan menganggap om Sukmo seperti ayahku sendiri. Langsung aku menuju kamar Rivo, ku buka pintu kamarnya pelan-pelan karena aku ingin menyelesaikan Surprise yang aku rancang hari ini. Kuhentikan langkahku sejenak mendengar suara-suara dari orang yang tak asing lagi olehku.
”Hahhahhaha....Gue gak nyangka loe mampu bikin Aurel benar-benar cinta sama loe” suara itu adalah suara Dika yang sedang tertawa lepas.
”Iya vo, ternyata apa yang susah payah kita rencanain berjalan dengan sukses ya berkat loe..” Merry juga ada disini
”Jadi kapan loe campakin dia vo? oppss, mutusin dia maksud gue. Hahahahahha” Dika kembali melanjutkan kalimatnya, sangat jelas kebahagian dari setiap kalimat mereka.
”Gue belum tahu, tapi gue ngerasa bersalah sama dia”
“Dia emang mesti dapat pelajaran vo, dia dulu juga sering ngelakuin itu sama cowok-cowok, tuh si Dika salah satunya. Hahhahhaa” Merry juga sangat terlihat bahagia dengan pembicaraan itu.
Jadi ini yang mereka rencanakan, Merry, Dika dan Rivo.. Jadi ini semua scenario ciptaan mereka untuk aku. Jantungku tak terasa berdetak lagi saat ini, air mata juga tak mampu keluar memikirkan semua sikap mereka, aku seakan tak mampu lagi untuk bernafas mendengar semua percakapan mereka tadi. Masakan yang sepenuh hati sengaja aku masak dari pagi untuk hari special bahkan terasa sangat special saat ini mendengar obrolan dari orang-orang yang sangat dekat denganku. Semua makanan itu terlepas begitu saja dari tanganku, tatapan mereka beradu dengan tatapanku saat ini. Aku tak sanggup berlama-lama disini, kulangkahkan kakiku sekuat tenaga untuk meninggalkan tempat itu. Aku lihat Rivo mengejarku. Tapi aku terus saja berlari, tak tau lagi kemana arahku untuk berlari, air mataku baru mampu keluar saat ini, aku sudah lelah untuk berlari..tapi langkahku tak juga mengizinkan aku untuk berhenti berlari, tak ada lagi yang mampu aku lihat jelas sehingga tak sedikitpun aku melihat mobil itu ada di arah yang berlawanan dari tempat aku berlari.
“Aurel……………..” terdengar samar olehku teriakan Rivo diseberang sana. Tubuhku terasa melayang bebas keudara, dan terhempas kembali. Sakit bahkan sangat sakit dengan ditambah rasa sakit yang aku rasakan tadi. Sejenak sebelum kesadaran ku benar-benar hilang sepenuhnya, aku melihat mereka mengelilingi aku bahkan juga ada Rivo, Dika dan Merry. Kenapa mereka mengelilingiku? padahal aku ingin berlari lagi, pergi sejauh-jauhnya dari mereka. Dan sedetik setelah itu kesadaranku sudah menghilang sepenuhnya.
Kalimat itu sering aku dengar akhir-akhir ini. Yahh..aku Cuma berfikir waktu itu entah sampai kapan akan datang. Waktu yang membuat aku mengerti akan maksud dan indahnya cinta dan waktu yang mampu menghapus semua kebencian ku akan cinta itu juga.
****
Cinta itu bulshiit, cinta itu hanya sebuah fatamorgana, dan cinta hanya kedok dari sebuah kemunafikkan. Persetan dengan mereka yang memandang aku sebagai seseorang yang angkuh untuk mengenal cinta. Cinta yang aku kenal hanya cinta seorang Ibu kepada Anaknya.
Kalau mereka bertanya, mengapa aku tak pernah membercayai lima huruf ”c i n t a” itu ?
Maka aku akan menjawab dengan lantang bahwa cinta itu lah yang dulu menyakitiku, membohongiku dan membuat hidupku dan ibuku penuh dengan makian dan cacian orang-orang disekelilingku.
Ibu ”sang malaikat” dalam hidupku berjuang sendiri membesarkan aku sejak aku mulai menghirup udara dan sejak tangisan ku mulai memecahkan kebisingan dunia yang penuh sesak dengan orang-orang bertopeng indah .
Ayah yang mencampakkan aku dan ibuku dalam keterasingan dunia hingga orang-orang memandang sebelah mata keberadaan kami. Dan seseorang yang aku fikir akan jauh lebih baik dari sosok sang ayah yang tak pernah aku kenal, ternyata sama saja. Jadi jangan pernah menyalahkan aku jika aku membenci CINTA itu.
Tapi aku bahagia dengan hidupku sekarang, hidup dengan menggunakan topeng cinta untuk membalas semua kepedihanku. Membuat mereka perlahan-lahan memberiku semua yang aku ingankan bahkan rela bersujud hanya untuk mengemis cinta kepadaku. Bahagia???hemm..sudahlah, aku juga tidak tahu bagaimana bentuk bahkan rasanya sebuah kebahagian itu yang sebenarnya. Yang aku tahu hanya kepuasan, kepuasan melihat mereka terjatuh, kesal, bahkan hancur setelah mereka mampu membuka topeng cintaku.
Aku menciptakan dunia baru dalam hidupku, dunia penuh dendam, ambisi dan kepalsuan. Karena dari kecil aku sudah terbentuk dari tiga perasaan itu. Aku memulai kisah ini dengan kebahagiaan yang aku cipatakan dari duniaku.
************
”Rel, loe udah putus sama Dika?” Merry salah seorang teman terdekat ku dikampus mulai menanyakan hubungan ku dengan salah seorang anak penyandang dana terbesar dikampusku.
”Udah” jawab ku enteng sambil memutar-mutarkan pena yang aku pegang dengan tanganku.
”Loe gila ya Rel, loe pacaran udah kayak ganti underwhere aja. Baru bentar udah putus lagi” dengan setengah melotot Merry kembali melanjutkan obrolannya.
Aku hanya membalas ucapannya dengan senyum dan menaikkan satu alisku. Dika adalah salah satu korban cintaku, tapi entah korban keberapa olehku. Aku tidak dengan rinci menghitung para lelaki yang telah aku bodohi dengan sikap manisku. Dengan bermodalkan fisikku yang menurutku sudah cukup untuk mendekati dan memanfaatkan mereka, dan aku menikmati itu.
”AUREL,,,,,,aku akan nunggu kamu disini sampai kamu mau kembali sama aku” terdengar oleh ku suara teriakan dari halaman kampus, semua anak-anak berlari melihat sumber suara itu, tapi aku masih duduk manis dikursi kelasku.
”Rel, itu Dika lagi berdiri ditengah-tengah lapangan basket. Loe gak kasihan, diluar kan lagi hujan..”Merry kembali mendekatiku setelah dia melihat asal suara tadi.
”Biarin aja lah Mer, lagian ntar capek dia juga berhenti sendiri. Loe juga kayak baru pertama kali lihat aksi mereka yang habis putus sama gue” masih dengan tersenyum simpul aku menjawab omongan Merry.
”Gue gak habis fikir ya lo bisa kayak gini, gue tau loe cantik, pintar. Tapi loe gak punya hati Rel. Gue bisa maklumin sifat matre loe, tapi kali ini gue udah capek sama sikap loe Rel. Loe udah benar-benar kelewatan.” setelah mengeluarkan semua amarahnya, Merry meninggalkan aku yang masih duduk tenang di kursiku.
Aku tidah pernah menyalahkan mereka yang berfikiran seperti itu terhadap ku, masa bodoh dengan pendapat mereka. Mengerti apa mereka tentang aku, hidupku dan masalahku. Yang mereka tahu hanya menyalahkan atas sikapku yang mereka nilai salah. Ini adalah hidupku, hanya aku yang berhak menentukan mana yang salah atau tidak.
********
Sudah dua hari Setelah kejadiaan hari itu, aku dan Merry masih belum saling menyapa. Selain Merry aku sudah tidak memiliki teman lagi, karena rata-rata semua perempuan Dikampusku sangat membenci aku, entah karena pacar mereka yang aku ambil atau mungkin karena rasa iri mereka, aku tidak tahu pasti. Aku juga tidak terlalu perduli dengan sikap mereka. Aku menuju ke kantin kampus sendirian, mereka menatap ku dengan tatapan yang tidak asing lagi olehku, entah itu mencemooh, atau tatapan sinis. Sekali lagi aku tidak memperdulikan itu, aku santai melewati mereka dan berhasil sampai dikantin kampus, banyak kursi kosong, dan aku memilih untuk duduk dipojok agar aku bisa bebas dari tatapan mereka dari pintu luar kantin.
Setengah asik menyantap bakso yang aku pesan tiba-tiba Merry mendekatiku, dengan tatapan marah dihempasnya buku yang dibawa nya ke atas meja kantin dekatku, semua mata kini tertuju kearah kami, aku tidak pernah sebelumnya melihat Merry semarah ini atas sikapku pada mantan-mantan pacarku.
”PUAS loe rel!!”dengan nada setengah membentak dan mata yang melotot Merry memulai pembicaraan kami dengan masih berdiri didepanku.
”Maksud loe apa sih mer, gue gak ngerti” ku hentikan niatku untuk memakan semangkok bakso yang telah tersedia dihadapanku.
”Loe masih belagak begok atau beneran begok hah!!loe lupa apa yang udah loe lakuin ke Dika? gara-gara loe Dika masuk rumah sakit, PUAS LOE!!!”
Aku melihat kemarahan dimata Merry saat mengatakan itu, aku masih tidak mengerti kenapa Merry sampai segitu membenciku atas sikap ku kepada Dika, padahal sebelumnya dia juga sudah melihat sikapku yang seperti ini kepada mantan-mantan pacarku yang sebelumnya. Aku melihat ada hal lain yang membuat Merry sampai semarah ini terhadapku.
”Kenapa jadi loe yang repot? Salah dia sendiri, siapa suruh hujan-hujanan” aku mencoba menjawab dengan enteng omongan dari Merry tadi.
Dengan wajah merah padam Merry pergi meninggalkan aku di kantin, ”Loe suka sama Dika kan?” sebelum Merry jauh meninggalkan tempatku, aku melanjutkan kalimatku tadi, sontak langkah Merry berhenti dan melihat kembali kearahku dengan tatapan yang entah lah aku tidak dapat menggambarkan tatapan marah bercampur kaget mendengar kalimat terakhirku tadi. Dan dia kembali melanjutklan langkahnya.
**********
Sesampai di kamar, kurebahkan tubuhku ke tempat ternyaman saat aku lelah menjalani hari-hariku, hanya tempat tidur yang mampu melepaskan semua penat dan lelah yang aku rasakan setelah melakukan rutinitasku. Aku pandangi langit-langit kamarku, ada sepasang cicak yang sedang memperhatikanku, mereka seolah-olah juga ikut menceritakan aku. Kembali aku mencoba memikirkan segala sikap dan tingkahku selama ini. Mungkin Merry juga ada benar nya..batinku mulai membenarkan pemikiran orang-orang terhadap tingkah dan sikapku selama ini, tujuan hidupku mulai samar untuk aku yakini. Apa yang aku dapatkan dari sikap ini, kebahagian seperti apa yang ingin aku miliki dengan sikap ini, sampai kapan aku harus seperti ini?? Pertanyaan-pertanyaan senada itu menari di otakku dan mulai menggoyahkan keyakinan atas sikapku selama ini.
Aku mulai bosan menjalani hari-hari seperti ini dan kehidupanku yang memang sudah tidak sehat seperti dalam pemikiran-pemikiran mereka. Apa memang seperti ini yang aku inginkan? Ku paksa memejamkan mataku hanya untuk sekedar menenangkan diriku saat ini.
________________
Brakkkkkkkkkkkk
”Aduhh, maaf mas saya tadi gak lihat..benaran mas saya benar-benar gak sengaja..maaf mas..maaf banget ya mas..” aku menumpahkan jus yang telah aku beli di kantin tadi, akhir-akhir ini aku memang sering melamun setelah pertengkaran ku denga Merry tempo hari. Dan hasilnya seperti hari ini, segelas jus yang aku pegang dan awalnya hendak aku minum tertumpah di baju seorang cowok yang tidak sengaja bertabrakan denganku di koridor kampus.
”Makanya kalau jalan jangan sambil ngelamun..jadi kotorkan baju gue” sambil membersihkan bajunya dari sisa jus alpokat yang aku tumpahkan, cowok itu menjawab dengan sedikit ketus.
”Ya saya gak sengaja, lagian kan saya juga udah minta maaf dari tadi” aku mencoba membela diri.
”Gue gak mau tau, pokoknya loe harus gantiin baju gue yang udah loe tumpahin ini..!!”
”Hahhh...?????????” sedikit kaget bercampur kesal aku mendengar omongan cowok itu.
”Kenapa? gak punya uang loe?” dengan senyum mencibir cowok itu melihat kearahku
”Sialan ne cowok, haduhh, apes banget sih gue hari ini ketemu sama orang aneh kayak gini” batinku
”Hehh...!! budek loe?” cowok tadi kembali melanjutkan omongannya melihat aku malah melamun.
”Iya, ntar gue gantiin..!! kalau perlu sepuluh biji gue gantiin tuh baju loe!!”
”Ntar??? gak!! gue mau sekarang loe ganti baju gue!!
”Hehh..!! loe benar-benar nyebelin ya. Nih gue ganti baju loe!” emosiku rasa memuncak bertemu dengan cowok seperti ini, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet.
”Cukup kan buat beli sepuluh untuk gantiin baju loe ini!!” dengan tersenyum sinis dan menyerahkan uang ketangan cowok itu aku beranjak meninggalkannya.
”Hehh, tunggu!!” suara cowok menyebalkan itu kembali lagi terdengar di telingaku, mau gak mau aku menghentikan langkahku.
”Kenapa lagi?” jawabku malas
”Ini uang loe, gue mau lo beliin baju buat gantiin baju gue ini. Bukannya uang loe, ngerti?” sambil menyerahkan uang yang aku berikan tadi cowok itu berlalu di hadapanku.
”Inget, besok gue tagih hutang loe!” terdengar kembali suara cowok itu sambil terus berjalan meninggalkan aku di koridor ini.
Dan dari situlah awal aku mengenal sosok Rivo, sejak kejadian itu aku dan Rivo menjadi semakin akrab, ternyata dia bukan tipe orang yang menyebalkan seperti yang aku fikirkan di awal saat aku bertemu dengannya. Sosoknya sangat berbeda dengan banyak cowok yang sbelumnya sudah banyak aku temui selama ini, dan entah mengapa aku tidak pernah mampu melakukan segala hal yang dulu sering aku lakukan terhadap para laki-laki seperti mantan-mantan pacarku sebelumnya. Memang aku dan Rivo belum resmi jadian, tapi aku tau dari sikapnya terhadapku kalau dia juga menyimpan rasa seperti yang sedang aku rasakan.
”Seharusnya aku tidak boleh lemah seperti ini, kenapa aku tidak mampu melakukan hal-hal yang dulu aku lakukan untuk mempermainkan perasaan mereka, kenapa aku memakai hati untuk permainan yang aku ciptakan ini.” batinku mulai mempertanyakan hal-hal yang terjadi padaku saat ini.
Seiring berjalannya waktu dan kedekatanku dengan Rivo sudah pada batas jauh lebih dari hanya sekedar seorang teman, sepertinya aku mulai terperangkap dengan permainan yang aku buat sendiri, aku tidak pernah sebelumnya merasakan hal ini, hemmm.. Pernah mungkin. Ya dulu, dengan seseorang yang juga mencampakkan aku sama halnya dengan ayah yang mencampakkan aku dan ibuku. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan itu lagi, aku tidak boleh terperangkap oleh permainanku sendiri. Dan aku tidak akan perah lagi mengulangi kebodohanku dulu membiarkan cinta mengalahkan dan menghancurkan aku. Tapi sekuat apapun aku melawan kenapa rasa ini malah semakin menyiksaku.
*********
”Rel, aku mau ngomong satu hal serius sama kamu” Rivo mengenggam jari-jariku dan menatapku dengan dalam, jantungku selalu berdegub berkejar-kejaran dan angin malam terasa semakin dingin aku rasakan saat tatapan Rivo menatap kedalam mataku.
”Mau ngo-mong-apa-seh vo?” jawabku terdengar jelas sangat gugup
Rivo melepaskan gengaman tangannya dari jari-jariku, dia berjalan meninggalkan aku, masih dalam kebingungan dan sedikit rasa kesal atas sikapnya aku masih duduk di tempat yang tadi, sejenak aku melihat Rivo datang dan menghampiriku kembali dengan membawa toples yang tertutup kain hitam. Alisku mulai bertaut melihat sikapnya yang semakin aneh.
”Ini apa vo?” aku mulai penasaran dengan isi toples yang di bawa Rivo tadi.
”Kamu buka aja” dengan tersenyum Rivo meberikan aku toples itu
Aku mulai mumbuka kain penutup toples itu dan aku melihat beberapa kunang-kunang yang sangat indah berada dalam toples itu. Cahaya dari kunang-kunang adalah cahaya yang paling indah yang aku lihat malam ini.
”Rivo...ini cantik banget” dengan masih tak percaya aku berulang kali melihat kunang-kunang dalam toples itu.
Rivo tiba-tiba mengambil toples itu dan meletakkannya di sebelahnya dan Rivo kembali mengenggam tanganku lagi
”Aku sayang kamu rel, aku ingin menjadi cahaya indah buat hidup kamu, sama hal nya seperti cahaya kunang-kunang ini yang selalu membahagiakan kamu”
Aku terdiam mendengar kata-kata Rivo, batinku kembali mempermasalahkan tentang perasaan ini. Di satu sisi aku sangat menyayangi dan mencintai Rivo, tapi disisi lain persepsiku tentang cinta kembali menghempaskan dan memaksa aku untuk membuang jauh semua perasaan ini.
”Rel...kamu mau kan jadi pacar aku?” Rivo kembali melanjutkan kalimatnya dan kalimat itu mengagetkan semua gejolak batinku saat ini.
”Tidak ada salahnya untuk mencoba mengikis semua persepsi burukku tentang cinta dan menggantinya dengan cerita indah bersama Rivo.”batinku
”Aurel” Rivo menyadarkan aku dari semua lamunanku
”Iya vo, aku mau” dengan tersenyum manis aku menjawab pertanyaan Rivo, dan malam ini menjadi malam terindah dan makna cinta terindah yang pernah aku rasakan.
****************
Sebulan sudah aku dan Rivo menjalani hari-hari indah kami, seiring berjalannya hubungan indah kami, aku tahu kalau saat ini rivo hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Dan hari ini aku masak spesial untuk sebulan jadian kami. Dia telah perlahan-lahan mengubah persepsiku tentang cinta dan perlahan-lahan juga mengikis kebencianku terhadap kepalsuan cinta yang sebelumnya sering aku dapati dan aku lakukan. Dan aku fikir saat ini waktu yang indah itu telah datang padaku, memberiku semua makna indah dari cinta yang aku benci dulu..
”Sebentar lagi aku sampai dirumahnya Rivo dan memberi surprise ini” aku tersenyum sendiri mengenang pertama kali aku bertemu dengan Rivo.
”Kok seperti mobil Merry yang terparkir dihalaman rumah Rivo” fikirku, langsung aku menuju pintu rumah Rivo, beberapa kali aku mengetuk pintu rumahnya.
”Ehh,ada Aurel..masuk Rel, Rivo ada dikamarnya sama teman-temannya juga” om Sukmo mempersilahkan aku masuk dengan tersenyum manis, Om sukmo sangat ramah kepadaku, aku juga tidak tahu pasti dia juga sangat menyayangiku begitu juga aku. Entah kenapa, mungkin juga karena aku telah lama merindukan kasih sayang ayah jadi aku merasa sayang dan menganggap om Sukmo seperti ayahku sendiri. Langsung aku menuju kamar Rivo, ku buka pintu kamarnya pelan-pelan karena aku ingin menyelesaikan Surprise yang aku rancang hari ini. Kuhentikan langkahku sejenak mendengar suara-suara dari orang yang tak asing lagi olehku.
”Hahhahhaha....Gue gak nyangka loe mampu bikin Aurel benar-benar cinta sama loe” suara itu adalah suara Dika yang sedang tertawa lepas.
”Iya vo, ternyata apa yang susah payah kita rencanain berjalan dengan sukses ya berkat loe..” Merry juga ada disini
”Jadi kapan loe campakin dia vo? oppss, mutusin dia maksud gue. Hahahahahha” Dika kembali melanjutkan kalimatnya, sangat jelas kebahagian dari setiap kalimat mereka.
”Gue belum tahu, tapi gue ngerasa bersalah sama dia”
“Dia emang mesti dapat pelajaran vo, dia dulu juga sering ngelakuin itu sama cowok-cowok, tuh si Dika salah satunya. Hahhahhaa” Merry juga sangat terlihat bahagia dengan pembicaraan itu.
Jadi ini yang mereka rencanakan, Merry, Dika dan Rivo.. Jadi ini semua scenario ciptaan mereka untuk aku. Jantungku tak terasa berdetak lagi saat ini, air mata juga tak mampu keluar memikirkan semua sikap mereka, aku seakan tak mampu lagi untuk bernafas mendengar semua percakapan mereka tadi. Masakan yang sepenuh hati sengaja aku masak dari pagi untuk hari special bahkan terasa sangat special saat ini mendengar obrolan dari orang-orang yang sangat dekat denganku. Semua makanan itu terlepas begitu saja dari tanganku, tatapan mereka beradu dengan tatapanku saat ini. Aku tak sanggup berlama-lama disini, kulangkahkan kakiku sekuat tenaga untuk meninggalkan tempat itu. Aku lihat Rivo mengejarku. Tapi aku terus saja berlari, tak tau lagi kemana arahku untuk berlari, air mataku baru mampu keluar saat ini, aku sudah lelah untuk berlari..tapi langkahku tak juga mengizinkan aku untuk berhenti berlari, tak ada lagi yang mampu aku lihat jelas sehingga tak sedikitpun aku melihat mobil itu ada di arah yang berlawanan dari tempat aku berlari.
“Aurel……………..” terdengar samar olehku teriakan Rivo diseberang sana. Tubuhku terasa melayang bebas keudara, dan terhempas kembali. Sakit bahkan sangat sakit dengan ditambah rasa sakit yang aku rasakan tadi. Sejenak sebelum kesadaran ku benar-benar hilang sepenuhnya, aku melihat mereka mengelilingi aku bahkan juga ada Rivo, Dika dan Merry. Kenapa mereka mengelilingiku? padahal aku ingin berlari lagi, pergi sejauh-jauhnya dari mereka. Dan sedetik setelah itu kesadaranku sudah menghilang sepenuhnya.
Read previous post:
Langganan:
Postingan (Atom)