Ini-lah wanita yg menunggu di tiap-tiap senja hampir beku
atau ketika subuh telah rampung menamatkan riwayat...
kau lelaki bermata biru...
pernah mengajarkan tentang garis-garis cinta dan perpaduannya dengan setangkai resah yang harus direguk bersama
kau pula yang mengajarkan padaku untuk menyeka air mata dengan ujung jilbab
menatap hari dengan tidak menopang dagu
kau... lelaki yang terbenam di rahim malam
entah sudah lupa pada aksara yang sempat kita pintal
menjadi benang yang mempertalikan perasaan
kau, lelaki yang menerjemahkan airmata-ku
lantas kau-pun menyeka dengan sapu tangan pemberian wanita yang menunggu di dekat tumpukan batu yang katanya untuk membangun istanamu dengan wanita itu
kau mengajarkan aku cinta
kau pula yang mengajarkan aku untuk bisa mengeja setampuk kerling, senyum, tertawa bahkan sepicing air mata
kini... aku telah lupa semua ilmu itu
tanpa pernah ku pelajari, kau ajarkan
aku lupa bagaimana cara - rasanya jatuh cinta....

atau ketika subuh telah rampung menamatkan riwayat...
kau lelaki bermata biru...
pernah mengajarkan tentang garis-garis cinta dan perpaduannya dengan setangkai resah yang harus direguk bersama
kau pula yang mengajarkan padaku untuk menyeka air mata dengan ujung jilbab
menatap hari dengan tidak menopang dagu
kau... lelaki yang terbenam di rahim malam
entah sudah lupa pada aksara yang sempat kita pintal
menjadi benang yang mempertalikan perasaan
kau, lelaki yang menerjemahkan airmata-ku
lantas kau-pun menyeka dengan sapu tangan pemberian wanita yang menunggu di dekat tumpukan batu yang katanya untuk membangun istanamu dengan wanita itu
kau mengajarkan aku cinta
kau pula yang mengajarkan aku untuk bisa mengeja setampuk kerling, senyum, tertawa bahkan sepicing air mata
kini... aku telah lupa semua ilmu itu
tanpa pernah ku pelajari, kau ajarkan
aku lupa bagaimana cara - rasanya jatuh cinta....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar