Lewat serpih kalimat ini aku berkabar bahwa luka di ceruk hati-ku kian menganga
sama seperti luka yang (mungkin) kau rasa
aku ingin meminta maaf darimu
soal air mata di pelabuhan itu...
sebelumnya kukata: aku bukan pujangga yang pandai memintal kata menjadi taman kata-kata dan telaga yang mengkandaskan dahaga....
aku tak bermaksud membuat air matamu menetas diujung hari yang hampir senja, kala itu hujan turun satu-satu dan dingin kian merapat ke dermaga
aku tak bermaksud membuatnya gugur sebelum tempur
sungguh,
kau tau...
aku melukis wajahmu di pasir putih persis di bibir pantai dekat tangkahan tempat biasa kaki kita menjuntai mempertemukan kulit dan air laut
akh!!!! hampir selesai wajahmu
ombakpun memenuhi janjinya pada pantai...
seketika wajahmu lenyap tanpa tanda, tanpa warna

sama seperti luka yang (mungkin) kau rasa
aku ingin meminta maaf darimu
soal air mata di pelabuhan itu...
sebelumnya kukata: aku bukan pujangga yang pandai memintal kata menjadi taman kata-kata dan telaga yang mengkandaskan dahaga....
aku tak bermaksud membuat air matamu menetas diujung hari yang hampir senja, kala itu hujan turun satu-satu dan dingin kian merapat ke dermaga
aku tak bermaksud membuatnya gugur sebelum tempur
sungguh,
kau tau...
aku melukis wajahmu di pasir putih persis di bibir pantai dekat tangkahan tempat biasa kaki kita menjuntai mempertemukan kulit dan air laut
akh!!!! hampir selesai wajahmu
ombakpun memenuhi janjinya pada pantai...
seketika wajahmu lenyap tanpa tanda, tanpa warna

Tidak ada komentar:
Posting Komentar