kau bermula dari kata kata
pada puisi yang ku tulis, di hari yang tak pernah
ku tahu ada apa (sebenarnya)
tetapi merindumu, adalah segala ingin
yang membuka
lembar lembar kertas dari tubuh pensilku
menyulam menjadi kaca
dan mengajakku belajar dengan
bayang bayang
pada musimku, kini apa bisa
menuai cinta dari rumah ketidakmungkinan
setelah tikungan kesekian kali
di setiap jalan yang kupasang rahasia
selalu saja ku hayati
kesegaran bau bayangmu di dingin
seraya ku gumamkan berulangkali dengan lidahku
"puisiku yang diam, hendak bicara , darimana asmara ada
sebelum darah, lebih jinak dari kata"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar