Sebenarnya, saya tipe makhluk yang senang diperhatikan, namun, sayang sesayang-sayangnya, saya adalah makhluk yang cuek dan cenderung tidak suka memperhatikan orang yang telah peduli terhadap saya. Saya tahu ini salah. Egois, malah. Tapi. Inilah saya T_____T Dengan segala ke-introvert-an yang ada di dalam diri saya, terkadang pun saya muak kepada diri saya sendiri #terdengar piring pecah di kejauhan #buka-buka buku Agnes Jesica
Setidaknya, satu hal yang membuat saya nyaman dengan ke-introvert-an saya sendiri adalah, ketika mengetahui ada seseorang yang benci dan tidak menyukai saya, saya tidak akan ambil pusing untuk mencari tahu alasan mengapa ada yang membenci saya. Saya gitu, loh #dilempar kerikil# Helllo, saya gitu #dilempar batu besar#
Tapi, percayalah, akan selalu ada beberapa orang yang tidak-akan-tidak dapat saya acuhkan keberadaannya. Maksud saya, ada beberapa orang yang keberadaannya sangat saya butuhkan untuk tetap eksis, dan untuk menjaga segala kemungkinan bahwa tubuh saya yang telah penuh dengan kemuakan tingkat tinggi tetap baik-baik saja. Dengan kata yang lebih sederhana, walau semua orang membenci saya, saya tetap dapat bertahan hidup; namun, ketika mereka membenci saya, hal itu akan terasa lebih menyakitkan. Jadi, saya akan memainkan musik 'Last Child' yang 'Diary Depresiku', menghidupkan pancuran terus menggalau di bawah tetesan air lalalala #sumpah, ini alay banget XD
Terus, apa gunanya note ini? Tadinya mau dipakai buat menggaje seperti biasa: menulis puisi. Tapi, kok, ya, jadi curhat --" It's ok lah, toh saya memang sudah kelanjur alay dan lebay dari sononya :B
-----------------------------------
Tatapan, Sapaan, dan Perkenalan
:
Kita percaya bahwa cinta berawal dari tatapan, sapaan, dan perkenalan.
Perihal tatapan, tiada tatapan paling indah, selain tatapan matamu yang tengah mencari-cari sesuatu yang mungkin tidak dapat kamu lihat di mata saya. Apakah yang saat itu kamu cari?
Dengan setengah malu-malu, dan sungguh, tidak dapatkah sebuah tatapan mata yang saling mencari, kita umpamakan sebagai sebuah sapaan, tanpa kata-kata, cukup saling bertatapan dan mari kita terjemahkan sapaan seperti apa yang telah kita ucapkan?
Hingga kita berkenalan, saling memperkenalkan diri, sekali lagi bertatapan, memberi salam yang sebenar-benarnya salam.
Kita percaya bahwa cinta berawal dari tatapan, sapaan, dan perkenalan. Pun, seperti kita sama percayanya bahwa cinta berakhir dengan kita yang, mungkin, masih ingin saling memberi tahu keadaan masing-masing dan memberi salam, namun ada sesuatu yang membuat kita sadar, kapan lagi akan ada sebuah tatapan, sapaan, dan perkenalan yang baru?
: tiga bulan minus satu hari saya belajar mengenal dan mencintai kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar