Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Senin, 06 Juni 2011

daun gugur, jendela biru dan aku



*seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu, dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang. Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi, biarkan aku bernapas sejenak sebelum hilang*   - Peterpan -

Untuk pertama kalinya selama bertahun tahun, aku ingin datang ke rumah itu malam ini, walaupun saat ini,meskipun aku gelisah, aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan melihatnya, aku harus meninggalkan demi kebaikan.
Aku berjanji untuk melihat rumah itu terakhir kalinya pada malam ini di bulan Desember yang dingin. Aku berjalan melewati  jalan jalan setapak yang kosong satu demi satu, aku melihat jendela kamarmu yang dicat berwarna biru masih seperti dulu..

Daun daun berguguran laksana salju yang turun di malam ini, daun daun yang kering menguning gugur satu persatu ,kenapa harus menguning..??? kenapa tidak membiru…??  Bukankah akan lebih indah jika birunya daun di sinari kuningnya lampu neon...?? seperti yang ada di film India yang kerap kita tonton bersama di kamarmu..?? cukup indah diterpa lampu neon jalanan, meski tak seindah turunnya salju di Negeri Sakura yang pernah ku janjikan kepadamu…

Kuikat lebih kencang tali pengikat jas hangat ku yang mulai lusuh, tak bisa sembunyikan tubuhku yang kian mengecil, sesekali aku terbatuk batuk dan memecah keheningan yang menyaman, syukurlah tak ada seorangpun yang ingin menghabiskan waktunya di luaran, atau sekedar memandang bulan yg temaran dari teras rumahnya, Mereka lebih bijak memilih menghangatkan diri di dalam ruangan, bercanda dengan keluarga atau menghabiskan waktunya di depan televisi dengan segelas minuman penghangat….
Biarlah pikirku…
Sesekali aku melompat melewati kubangan yang menghias jalan rumahmu, aku tersenyum, masih mampu aku melakukannya. Aku masih ingat ketika kita dulu berteduh di kios ujung itu, ketika hujan datang dan kau ingin menikmati semangku bakso buatan tukang bakso langgananmu yang di ujung jalan, kita cukup berlari lari kecil dari pinggir pinggir ruko sepanjang rumahmu,hingga tiba di ujung jalan dan tak ada apa apa untuk melindungi tubuh kita dari hujan, kita berlomba untuk tiba terlebih dahulu, memainkan mainan yang konyol pada pipet bekas minuman kita, siapa yang kalah, dia yang harus membayar dengan recehan recehan uang hasil kerja keras kita, dan selalu berakhir dengan kebahagiaan yang tak terbagikan di kamar itu, yang kita beri warna biru…

Aku tidak ingat berapa lama aku berdiri menatap rumahmu, yang aku ingat hanya sebaris senyummu pada bibir tipis yang kau miliki, pada mata yang tajam menatap, pada hati yang tak bisa kubagi….
Mungkin hanya ini yang membuat aku ingin melihat mu sekali lagi, sambil menyusuri jalanan mencari ruang kosong agar aku bebas menatap jendela kamarmu, tersembunyi dari cahaya neon yang semakin letih menyinari dedaunan yang terus berguguran dihembus angin, menambah dingin di bulan ini…

Masih dapat ku rasakan getaran dingin yang menjalar disekujur tubuhku saat dokter pertama kali mendiagnosis penyakit sialan ini beberapa tahun yang lalu, dan kemudian kurasakan seperti sebilah pisau mengiris iris hatiku, menumpahkan harapan ku diatas ubin yang tak lagi bersih….

Sekelebat lampu mobil menyadarkan aku kembali, semakin terang dan berhenti di depan rumahmu. Jantungku berdegup kencang, suaraku keluh, aku tak bisa berteriak, hanya mataku nanar memandang, aku lihat dirimu, aku rasakan aroma kesukaanmu, punggungmu, seluruh bagian belakang tubuhmu, aku tahu, kau masih seperti yang dulu, membelakangiku, hanya kali ini tak perduli ….
Ku coba lambaikan tanganku padamu,namun jantungku berhenti berdegup, lidahku semakin keluh, aku terjatuh, gelap dan terasa tenang…..

Pagi di bulan Desember,

“ terbujur kaku seorang tunawisma, mati kedinginan, tak ada yang mengenalin ”

Kau baca berita itu di surat kabar harianmu,kau lipat rapi dan kau letakkan di sudut jendela kamarmu yang  berwarna biru , masih seperti yang dulu, sinar matahari tak malu malu masuk menyinari kamarmu hari ini…
Kau begitu gagah, dengan dasi keemasan menghias di tubuhmu, kau melangkah turun, tersenyum, mengecup kening istrimu dan menikmati secangkir kopi hangat beraroma lembut…  “ hmmm.. benar benar pagi yang indah sayang…!! ”  kau ucapkan kata itu ke pada nya…..

2 komentar: