Hampir sampai, aku tak perlu risau, meski gelap terus menguntit di belakang.
gerimis kian melantunkan sunyi.
Satu belokan lagi, ada yang bergetar tibatiba, tapi bukan ponselku, sebab seingatku,
ia memilih mati kemarin, ketimbang gusar menunggu. jemu,katanya acuh.
(bukankah kapan itu hanya masalah waktu?)
Semestinya ingataningatan itu kutinggalkan tadi, di lampu merah, di halte bus, atau kafe yang sepi pengunjung atau kutitipkan pada pengemis yang mengetuk-ngetuk kaca jendela.
Hampir sampai, argo telah berhenti menghitung gelisahgelisah yang menjamur di dada
:kubayar tunai dengan air mata
gerimis kian melantunkan sunyi.
Satu belokan lagi, ada yang bergetar tibatiba, tapi bukan ponselku, sebab seingatku,
ia memilih mati kemarin, ketimbang gusar menunggu. jemu,katanya acuh.
(bukankah kapan itu hanya masalah waktu?)
Semestinya ingataningatan itu kutinggalkan tadi, di lampu merah, di halte bus, atau kafe yang sepi pengunjung atau kutitipkan pada pengemis yang mengetuk-ngetuk kaca jendela.
Hampir sampai, argo telah berhenti menghitung gelisahgelisah yang menjamur di dada
:kubayar tunai dengan air mata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar