Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Kamis, 22 September 2011

LAPAR ITU INDAH





http://photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/226005_1988933045859_1319318535_31943527_8236738_a.jpg






Dalam sebuah lagu, Trio Bimbo pernah bilang :
Ada anak bertanya pada bapaknya,
buat apa berlapar-lapar puasa.
Jawabnya adalah : Lapar mengajarmu rendah hati selalu.

Benar juga sih kalau dipikir-pikir. Ketika perut kita lapar, badan jadi lemes, ketika badan terasa lemes kita cenderung males. Ketika males itulah maka tak semua keinginan bisa kita penuhi. Kita akan memilah, mana yang kira-kira penting, mana yang nggak penting. Kita akan menjadi bijaksana dan tidak sombong. Oleh karena itu, makin sering menahan lapar, hati kita akan semakin rendah. Eh, maaf. Maksud saya semakin pintar kita menahan lapar akan membuat kita menjadi rendah hati.

“Nggak begitu juga, Abah.”
“Maksudnya, pak Ustad ?”
“Kalau hanya sekedar menahan lapar saja, anak kecil juga bisa. Apalagi dengan iming-iming hadiah pahala dan makanan lezat dan minuman segar yang sudah tersedia. Enteng itu, mah ?”
“Lalu yang berat apanya ?”

Maka berkhotbahlah Ustad Samin seperti biasanya.
Menahan lapar dan haus bisa jadi merupakan beban yang amat sangat berat buat setiap orang. Itulah barangkali hal yang membuat kita ketika berbuka puasa cenderung memanjakan lidah secara berlebihan sampai mulut penuh makanan dan perut kekenyangan, seperti orang balas dendam atas rasa laparnya yang ia tahan seharian penuh. Masya Allah !

Padahal, puasa yang kita jalani itu ada batasnya. Puasa kita itu hanya sekedar menggeser waktu makan. Rasa lapar di siang hari akan terbalas ketika Magrib tiba. Sementara itu apa yang terjadi dengan Saudara-saudara kita yang dhuafa, saudara-saudara kita yang tak berpunya ?  Puasa mereka tak hanya di bulan Ramadhan saja, tapi sepanjang bulan mereka bersahabat dengan yang namanya lapar.
Lapar telah menjadi bagian dari hidup mereka. Mereka tak tahu, bahkan tak pernah berfikir, apakah jika hari ini makan, esok masih bisa makan lagi.
Betapa kecilnya kita dibanding mereka.

Dheg!
Hati saya merasa tertohok. Saya jadi malu pada diri sendiri. Ingat betapa hampir di setiap berbuka puasa seringkali saya tak mampu mengendalikan hawa nafsu untuk balas dendam terhadap kelaparan yang saya derita sehari penuh itu.
“Abah, Saudaraku…”
“Ya, pak Ustad, pembimbing sanubariku.”

Sesungguhnya lapar yang kita jalani itu indah ketika kita mampu mengendalikannya. Jika kita melakukannya semata-mata ikhlas karena Allah, maka rasa lapar inilah yang akan bisa menuntun kita ke derajat tertinggi di sisi Allah. Dan kelak di akhirat nanti, telah disediakan sebuah jalur khusus menuju sebuah pintu bernama Arroyan. Pintu Surga yang khusus disediakan bagi mereka yang mampu menahan lapar dengan ikhlas, yang mampu menghiasi laparnya dengan amal kebajikan yang diridhoi Allah SWT.
Saya pun hanya bisa menunduk. Dan menunduk.
Malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar