hujan reda sudah saat melewati senja, dedaunan basah menyisakan kebeningan pada helainya, sebening hening wajahmu saat kuhayati ketika engkau tertidur, persis di sebelah lengan rengkuhku, dekat dengan hatiku
malam menapak waktu dalam kesenyapan purba, deru nafasmu terus memburu dalam hamparan tanpa warna mengerjapkan cinta diatas tubuhmu, di setiap lekuknya seperti telaga bening tak bermuara, dan pada helaihelai rambutmu seperti rerimbunan dedaunan bambu, tempat cahaya matahari selalu singgah bermain dengan desiran serenade laksana gemerisik dengus lenguh nafasmu, menelisik menembus kabut dan silih bergantinya musim, menaburkan bebungaan yang semerbaknya seharum jenjang lehermu
demikianlah, duhai perempuan, dermaga tempat kulabuhkan seluruh kidung dari kicauan camarcamar yang menerbangkan setiap harap dan kecemasan pada pantai waktu, saat kehidupan kita larungkan, sampai kemudian aku ikhlaskan diriku rebah sepenuhpenuhnya pada setiap lekuk tubuhmu sampai malam terakhir itu menjelang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar