karenanya, tatap mata yang bertabrakan dan ingin diterjemahkan sekali waktu, diksi untuk sebuah metafora dari diam. di halaman itu, sudah seperti ruang singgah untuk setiap gerakku. tiap potongan gambarnya terpigura. sementara tak pernah ada percakapan tentang siapa aku-dia, hingga satu sore kuburu waktu untuk perjumpaan.
"setelah perjumpaan, selalu ada ketukan seirama
aku sengaja tak pernah membiarkan siapapun menyela pertemuanku."
tentang dia, kutunjuk satu dari sekumpulan nujum di hamparan langit. atau, kerlip kunangkunang di gelapnya mayapada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar