awanawan itu bawa serta hujan singgah di beranda
berderai, ceritakan tentang adanya di setiap tetesan
seperti musim basah yang pulang, sebagaimana
: seorang Hawa tumpahkan isak di dada Adam
serupa rindu yang kesal lalu menggerutu
sambil mengingat gerak tarian hujan yang sempat lupa
mejameja telah basah oleh genangan kisah
sepi tibatiba pecah di binar mata yang resah
terserak ke segala arah hingga di sudut kota
pada petang, hujan masih sempat bergumam
tak pernah tahu sampai kapan meski katupan jemari
telah rapat di dada yang gigil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar