Tengah malam, perutku berbunyi. Di kulkas hanya ada telur, mie instan, tahu, juga jamur yang sebulan lalu tumbuh di dadaku. Aku hendak menjerang semuanya dalam panci, tapi air mata telah habis terkuras.
Bulan rebah di atas meja makan, katanya, jenuh sendirian di langit tapi tidak ada yang lebih membosankan dari menghitung detak jam dinding saat malam kian renta, terkantukkantuk menyimak musik jazz yang mengalun malas
(dalam mimpi, kau menghidangkan sepotong hati. Besok kita mentertawakan takdir bersama)
Bulan rebah di atas meja makan, katanya, jenuh sendirian di langit tapi tidak ada yang lebih membosankan dari menghitung detak jam dinding saat malam kian renta, terkantukkantuk menyimak musik jazz yang mengalun malas
(dalam mimpi, kau menghidangkan sepotong hati. Besok kita mentertawakan takdir bersama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar