Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Sabtu, 25 Juni 2011

PANTAI RAHASIA

Aku masih mengingat-ingat kejadian lucu sekaligus awal perkenalan kita. Sebenarnya dua  orang itu menjadi akrab bukan karena kebersamaan yang lama. Yang penting cocok seperti antara kita, antara aku dan kau.

Bicara apa pun  nyambung sehingga perbincangan selalu mengalir. Banyak ide yang tiba-tiba mencair. Kata demi kata yang keluar dari mulutmu laksana anak panah yang melesat gemulai dari  busur,   menjadi rangkaian-rangkaian kalimat  yang menghibur dan membuka pikiranku dengan pandangan baru. Kita bicara apa saja, dari teknologi, kesehatan, pengalaman-pengalaman hidup atau bahkan segala hal yang tak penting. Mengisi kekosongan dengan kebersamaan.

Kita  seperti sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Serupa seorang bayi  yang sudah kehausan yang merindukan puting susu ibunya. Atau bagai orang-orang kelaparan yang membutuhkan roti kehidupan. Kita  seakan-akan telah memendam rindu berabad-abad lamanya yang kemudian  tiba-tiba  menemukan  sebuah ruang, sebuah  hati yang di dalamnya lautan ketulusan  menyatukan dua  jiwa yang selama ini saling mencari. Dengan segala kemudahan dan kebaikan teknologi, pada   situasi dan keadaan yang tepat kita dipertemukan  di ruang  ini.

"Ah. Padahal kita baru beberapa jam  yang lalu  berkenalan!" gumanku seraya tersenyum memandang layar komputerku di mana percakapan panjang kita memenuhinya.Begitu cepat  semua cerita keluar seperti air di pengununggan yang tak bisa ditahan  mengalir deras  mencari  muaranya.


***
Sejak saat itu kita rela  menyolong waktu dari padatnya kesibukan untuk mengirim sapa, kabar, kelakar  atau hanya sekedar menulis beberapa baris kalimat baik  lewat  inbok, sms atau percakapan ringan di telepon selular.  

Dalam setiap doa,  kemudahan dan kebahagian yang  senantiasa menjadi permintaan utama padaNya terjadi pada kita. 

Meski jarak beribu-ribu mil, tak mengurangi makna dari  kebersamaan ini.

Hingga suatu hari saat kau mengabarkanku, kau akan datang ke kotaku mengunjungiku. Aku seperti tersesat pada sebuah sukacita. Di sebuah ruang waktu  yang semua  tiba-tiba menjadi cahaya yang mengirim kegembiraan.

Dengan hati-hati kita pahat  setiap inci kenangan meskipun bukan di atas musim semi, bukan pula dimasa keemasan dunia. Namun karena cinta semua menjadi serupa surga dengan aroma bunga rasa.  Cinta dengan kelembutannya perlahan mengundang jiwa kita masuk ke dalamnya.Seperti tanganmu yang tak pernah lepas dari bahuku. Merangkulku dengan mesra sepanjang perjalanan ini.

Kita duduk di tepi pantai ini. Melebur dengan beribu pasang muda-mudi yang saling bercakap dengan hati, dengan kesibukkannya masing-masing. Atau ada juga yang datang ke sini sekedar melepas penat setelah sepekan mereka menguras pikiran dan tenaga. Seperti malam minggu sebelum dan sebelum ini, meski pun tanpa kita tempat ini senantiasa ramai kerena  tempat ini merupakan salah satu tempat yang menarik di negeri  Formosa sekali pun sering kali terlupakan setelah banyak cafe dan mall yang lebih menjanjikan berdiri megah menghias tiap sudut kota.

Kubaca ketegangganmu, meski sudah dua jam kita bersama.  Kau masih tak terlalu berani menantapku, meskipun sejak tadi tanganmu selalu  hangat menggenggam tanganku. Tiba-tiba seekor tikus yang gemuk keluar dari  cela-celah batu. Namun aku tak takut. "Wah, kamu ngga geli ya sama tikus?" tanyamu saat kau lihat aku tiba-tiba  berdiri, mendekatkan kakiku ke tubuh tikus. Tikus  itu kaget dan  langsung masuk lagi  bersembunyi  di antara batu-batu kecil di tepi pantai itu.

"Ngga, aku ngga merasa takut  kecuali ia (tikus)  berlutut dan memohon aku menjadi pacarnya ..." candaku . Berharap keteganganmu bisa sedikit berkurang.

Tawa kita pecah menembus senja.

Aku pun membalikkan badanku, dengan posisi kita yang saling berhadapan. Aku lingkar tangaku ke lehermu. Sehingga kita tak lagi berjarak. Kau pun mendekapku. Melingkar tangamu ke pinggangku. Aku merasakan kasih sayangmu menjalar ke seluruh tubuhku. Ada damai  yang seakan-akan bersayap yang mampu membawaku ke ruang cinta yang ajaib.

Kau sentuh wajahku, kau kecup perlahan keningku. Pada senyummu kudapat kekuatan, serupa menara yang sanggup menahan badai.

"Kutulis cinta di keningmu, supaya setiap orang yang melihat wajahmu pun tahu...kau hidup dengan  hati yang penuh cinta."  bisikmu.

Aku tersenyum. Cekatan kutempelkan bibirku ke bibirmu. kukecup mesra.  Dengan tindakan kunyatakan kebahagianku. Karena aku  kehilangan kata-kata  entah mesti mengucapkan apa tuk menjawab kalimatmu. Sebaris kalimat yang terlontar dari bibirmu, oh begitu lembut dan manis.aku rebahkan kepalaku di dadamu. Malam ini ingin kunikmati setiap detik menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku.

Lalu kita larut dalam pikiran masing-masing. kebisuan yang melahirkan keheningan yang mengurai seribu makna. Bulan di atas sana, lampu-lampu perahu nelayan, suara ombak menyempurnakan keindahan di hati ini yang diselinggi kelakar dan kecupan diantara waktu yang melaju,  sehinga sejenak membuat  kita lupa di dunia ini bukan hanya kita yang bernafas dan di luar sana  banyak jiwa yang bersanggama dengan  airmata dan kepedihan. Di menit-menit kebersamaan ini kita seakan tergesa-gesa  karena waktu berpacu seribu kali lebih cepat dari biasanya.  Jiwa serasa berada di sebuah ruang  yang tak lagi butuh apa-apa selain anggur cinta. Menuai segala kebahagian, mengantongi ke kantong hati seraya berharap cahaya bulan dan bintang-bintang tak meninggalkan satu pun huruf kisah , ia dengan teliti memahat setiap jejak kita yang tertinggal di pantai ini. Karena esok saat mentari datang, burung besi akan kembali membawa ragamu menjauh dariku. kembali kita akan terkurung di ruang rindu, memintal doa berharap kembali ada pertemuan yang diberkatiNya seperti malam  ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar