Aku masih mengingat-ingat kejadian lucu sekaligus awal perkenalan kita. Sebenarnya dua orang itu menjadi akrab bukan karena kebersamaan yang lama. Yang penting cocok seperti antara kita, antara aku dan kau.
Bicara apa pun nyambung sehingga perbincangan selalu mengalir. Banyak ide yang tiba-tiba mencair. Kata demi kata yang keluar dari mulutmu laksana anak panah yang melesat gemulai dari busur, menjadi rangkaian-rangkaian kalimat yang menghibur dan membuka pikiranku dengan pandangan baru. Kita bicara apa saja, dari teknologi, kesehatan, pengalaman-pengalaman hidup atau bahkan segala hal yang tak penting. Mengisi kekosongan dengan kebersamaan.
Kita seperti sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Serupa seorang bayi yang sudah kehausan yang merindukan puting susu ibunya. Atau bagai orang-orang kelaparan yang membutuhkan roti kehidupan. Kita seakan-akan telah memendam rindu berabad-abad lamanya yang kemudian tiba-tiba menemukan sebuah ruang, sebuah hati yang di dalamnya lautan ketulusan menyatukan dua jiwa yang selama ini saling mencari. Dengan segala kemudahan dan kebaikan teknologi, pada situasi dan keadaan yang tepat kita dipertemukan di ruang ini.
"Ah. Padahal kita baru beberapa jam yang lalu berkenalan!" gumanku seraya tersenyum memandang layar komputerku di mana percakapan panjang kita memenuhinya.Begitu cepat semua cerita keluar seperti air di pengununggan yang tak bisa ditahan mengalir deras mencari muaranya.
***
Sejak saat itu kita rela menyolong waktu dari padatnya kesibukan untuk mengirim sapa, kabar, kelakar atau hanya sekedar menulis beberapa baris kalimat baik lewat inbok, sms atau percakapan ringan di telepon selular.
Dalam setiap doa, kemudahan dan kebahagian yang senantiasa menjadi permintaan utama padaNya terjadi pada kita.
Meski jarak beribu-ribu mil, tak mengurangi makna dari kebersamaan ini.
Hingga suatu hari saat kau mengabarkanku, kau akan datang ke kotaku mengunjungiku. Aku seperti tersesat pada sebuah sukacita. Di sebuah ruang waktu yang semua tiba-tiba menjadi cahaya yang mengirim kegembiraan.
Dengan hati-hati kita pahat setiap inci kenangan meskipun bukan di atas musim semi, bukan pula dimasa keemasan dunia. Namun karena cinta semua menjadi serupa surga dengan aroma bunga rasa. Cinta dengan kelembutannya perlahan mengundang jiwa kita masuk ke dalamnya.Seperti tanganmu yang tak pernah lepas dari bahuku. Merangkulku dengan mesra sepanjang perjalanan ini.
Kita duduk di tepi pantai ini. Melebur dengan beribu pasang muda-mudi yang saling bercakap dengan hati, dengan kesibukkannya masing-masing. Atau ada juga yang datang ke sini sekedar melepas penat setelah sepekan mereka menguras pikiran dan tenaga. Seperti malam minggu sebelum dan sebelum ini, meski pun tanpa kita tempat ini senantiasa ramai kerena tempat ini merupakan salah satu tempat yang menarik di negeri Formosa sekali pun sering kali terlupakan setelah banyak cafe dan mall yang lebih menjanjikan berdiri megah menghias tiap sudut kota.
Kubaca ketegangganmu, meski sudah dua jam kita bersama. Kau masih tak terlalu berani menantapku, meskipun sejak tadi tanganmu selalu hangat menggenggam tanganku. Tiba-tiba seekor tikus yang gemuk keluar dari cela-celah batu. Namun aku tak takut. "Wah, kamu ngga geli ya sama tikus?" tanyamu saat kau lihat aku tiba-tiba berdiri, mendekatkan kakiku ke tubuh tikus. Tikus itu kaget dan langsung masuk lagi bersembunyi di antara batu-batu kecil di tepi pantai itu.
"Ngga, aku ngga merasa takut kecuali ia (tikus) berlutut dan memohon aku menjadi pacarnya ..." candaku . Berharap keteganganmu bisa sedikit berkurang.
Tawa kita pecah menembus senja.
Aku pun membalikkan badanku, dengan posisi kita yang saling berhadapan. Aku lingkar tangaku ke lehermu. Sehingga kita tak lagi berjarak. Kau pun mendekapku. Melingkar tangamu ke pinggangku. Aku merasakan kasih sayangmu menjalar ke seluruh tubuhku. Ada damai yang seakan-akan bersayap yang mampu membawaku ke ruang cinta yang ajaib.
Kau sentuh wajahku, kau kecup perlahan keningku. Pada senyummu kudapat kekuatan, serupa menara yang sanggup menahan badai.
"Kutulis cinta di keningmu, supaya setiap orang yang melihat wajahmu pun tahu...kau hidup dengan hati yang penuh cinta." bisikmu.
Aku tersenyum. Cekatan kutempelkan bibirku ke bibirmu. kukecup mesra. Dengan tindakan kunyatakan kebahagianku. Karena aku kehilangan kata-kata entah mesti mengucapkan apa tuk menjawab kalimatmu. Sebaris kalimat yang terlontar dari bibirmu, oh begitu lembut dan manis.aku rebahkan kepalaku di dadamu. Malam ini ingin kunikmati setiap detik menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku.
Lalu kita larut dalam pikiran masing-masing. kebisuan yang melahirkan keheningan yang mengurai seribu makna. Bulan di atas sana, lampu-lampu perahu nelayan, suara ombak menyempurnakan keindahan di hati ini yang diselinggi kelakar dan kecupan diantara waktu yang melaju, sehinga sejenak membuat kita lupa di dunia ini bukan hanya kita yang bernafas dan di luar sana banyak jiwa yang bersanggama dengan airmata dan kepedihan. Di menit-menit kebersamaan ini kita seakan tergesa-gesa karena waktu berpacu seribu kali lebih cepat dari biasanya. Jiwa serasa berada di sebuah ruang yang tak lagi butuh apa-apa selain anggur cinta. Menuai segala kebahagian, mengantongi ke kantong hati seraya berharap cahaya bulan dan bintang-bintang tak meninggalkan satu pun huruf kisah , ia dengan teliti memahat setiap jejak kita yang tertinggal di pantai ini. Karena esok saat mentari datang, burung besi akan kembali membawa ragamu menjauh dariku. kembali kita akan terkurung di ruang rindu, memintal doa berharap kembali ada pertemuan yang diberkatiNya seperti malam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar