bila siang lupa bersedekah, ibu menjerangnya dalam periuk hingga tandas.
Tak lekang dari ingatan, di tepi pagi, kau menenteng harapan, tersuruk dalam tas usang
meski kapur tulis telah menanam sesak di dadamu, tapi
kau terlanjur menyemat janji—pengabdian.
Benar bila surga itu berada di telapak kaki perempuan yang kau pinang dengan selingkar muhamar setia,
tapi aku tahu, di telapak tanganmu itu tergenggam peta penunjuk,
menuju tempat yang katanya tiada kesakitan apalagi air mata.
: ceritakan tentang bahagia,
pintaku saat lampu minyak hampir padam, selalu
lalu kau ceritakan tentang periperi cantik bersayap pelangi.
menjelang subuh,
kau susun pualampualam mimpi dalam mazmur dan lariklarik doa yang terluka.
:Tak kuijinkan besok kau turut memikul kuk ini, nak, sumpahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar