Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Minggu, 19 Juni 2011

Indah Pada Waktunya ( Part I )

“Semua indah pada waktunya”
Kalimat itu sering aku dengar akhir-akhir ini. Yahh..aku Cuma berfikir waktu itu entah sampai kapan akan datang. Waktu yang membuat aku mengerti akan maksud dan indahnya cinta dan waktu yang mampu menghapus semua kebencian ku akan cinta itu juga.

****
Cinta itu bulshiit, cinta itu hanya sebuah fatamorgana, dan cinta hanya kedok dari sebuah kemunafikkan. Persetan dengan mereka yang memandang aku sebagai seseorang yang angkuh untuk mengenal cinta. Cinta yang aku kenal hanya cinta seorang Ibu kepada Anaknya.
Kalau mereka bertanya, mengapa aku tak pernah membercayai lima huruf ”c i n t a” itu ?
Maka aku akan menjawab dengan lantang bahwa cinta itu lah yang dulu menyakitiku, membohongiku dan membuat hidupku dan ibuku penuh dengan makian dan cacian orang-orang disekelilingku.
Ibu ”sang malaikat” dalam hidupku berjuang sendiri membesarkan aku sejak aku mulai menghirup udara dan sejak tangisan ku mulai memecahkan kebisingan dunia yang penuh sesak dengan orang-orang bertopeng indah .

Ayah yang mencampakkan aku dan ibuku dalam keterasingan dunia hingga orang-orang memandang sebelah mata keberadaan kami. Dan seseorang yang aku fikir akan jauh lebih baik dari sosok sang ayah yang tak pernah aku kenal, ternyata sama saja. Jadi jangan pernah menyalahkan aku jika aku membenci CINTA itu.

Tapi aku bahagia dengan hidupku sekarang, hidup dengan menggunakan topeng cinta untuk membalas semua kepedihanku. Membuat mereka perlahan-lahan memberiku semua yang aku ingankan bahkan rela bersujud hanya untuk mengemis cinta kepadaku. Bahagia???hemm..sudahlah, aku juga tidak tahu bagaimana bentuk bahkan rasanya sebuah kebahagian itu yang sebenarnya. Yang aku tahu hanya kepuasan, kepuasan melihat mereka terjatuh, kesal, bahkan hancur setelah mereka mampu membuka topeng cintaku.

Aku menciptakan dunia baru dalam hidupku, dunia penuh dendam, ambisi dan kepalsuan. Karena dari kecil aku sudah terbentuk dari tiga perasaan itu. Aku memulai kisah ini dengan kebahagiaan yang aku cipatakan dari duniaku.

************
”Rel, loe udah putus sama Dika?” Merry salah seorang teman terdekat ku dikampus mulai menanyakan hubungan ku dengan salah seorang anak penyandang dana terbesar dikampusku.
”Udah” jawab ku enteng sambil memutar-mutarkan pena yang aku pegang dengan tanganku.
”Loe gila ya Rel, loe pacaran udah kayak ganti underwhere aja. Baru bentar udah putus lagi” dengan setengah melotot Merry kembali melanjutkan obrolannya.
Aku hanya membalas ucapannya dengan senyum dan menaikkan satu alisku. Dika adalah salah satu korban cintaku, tapi entah korban keberapa olehku. Aku tidak dengan rinci menghitung para lelaki yang telah aku bodohi dengan sikap manisku. Dengan bermodalkan fisikku yang menurutku sudah cukup untuk mendekati dan memanfaatkan mereka, dan aku menikmati itu.

”AUREL,,,,,,aku akan nunggu kamu disini sampai kamu mau kembali sama aku” terdengar oleh ku suara teriakan dari halaman kampus, semua anak-anak berlari melihat sumber suara itu, tapi aku masih duduk manis dikursi kelasku.
”Rel, itu Dika lagi berdiri ditengah-tengah lapangan basket. Loe gak kasihan, diluar kan lagi hujan..”Merry kembali mendekatiku setelah dia melihat asal suara tadi.
”Biarin aja lah Mer, lagian ntar capek dia juga berhenti sendiri. Loe juga kayak baru pertama kali lihat aksi mereka yang habis putus sama gue” masih dengan tersenyum simpul aku menjawab omongan Merry.
”Gue gak habis fikir ya lo bisa kayak gini, gue tau loe cantik, pintar. Tapi loe gak punya hati Rel. Gue bisa maklumin sifat matre loe, tapi kali ini gue udah capek sama sikap loe Rel. Loe udah benar-benar kelewatan.” setelah mengeluarkan semua amarahnya, Merry meninggalkan aku yang masih duduk tenang di kursiku.

Aku tidah pernah menyalahkan mereka yang berfikiran seperti itu terhadap ku, masa bodoh dengan pendapat mereka. Mengerti apa mereka tentang aku, hidupku dan masalahku. Yang mereka tahu hanya menyalahkan atas sikapku yang mereka nilai salah. Ini adalah hidupku, hanya aku yang berhak menentukan mana yang salah atau tidak.

********
Sudah dua hari Setelah kejadiaan hari itu, aku dan Merry masih belum saling menyapa. Selain Merry aku sudah tidak memiliki teman lagi, karena rata-rata semua perempuan Dikampusku sangat membenci aku, entah karena pacar mereka yang aku ambil atau mungkin karena rasa iri mereka, aku tidak tahu pasti. Aku juga tidak terlalu perduli dengan sikap mereka. Aku menuju ke kantin kampus sendirian, mereka menatap ku dengan tatapan yang tidak asing lagi olehku, entah itu mencemooh, atau tatapan sinis. Sekali lagi aku tidak memperdulikan itu, aku santai melewati mereka dan berhasil sampai dikantin kampus, banyak kursi kosong, dan aku memilih untuk duduk dipojok agar aku bisa bebas dari tatapan mereka dari pintu luar kantin.
Setengah asik menyantap bakso yang aku pesan tiba-tiba Merry mendekatiku, dengan tatapan marah dihempasnya buku yang dibawa nya ke atas meja kantin dekatku, semua mata kini tertuju kearah kami, aku tidak pernah sebelumnya melihat Merry semarah ini atas sikapku pada mantan-mantan pacarku.
”PUAS loe rel!!”dengan nada setengah membentak dan mata yang melotot Merry memulai pembicaraan kami dengan masih berdiri didepanku.
”Maksud loe apa sih mer, gue gak ngerti” ku hentikan niatku untuk memakan semangkok bakso yang telah tersedia dihadapanku.
”Loe masih belagak begok atau beneran begok hah!!loe lupa apa yang udah loe lakuin ke Dika? gara-gara loe Dika masuk rumah sakit, PUAS LOE!!!”
Aku melihat kemarahan dimata Merry saat mengatakan itu, aku masih tidak mengerti kenapa Merry sampai segitu membenciku atas sikap ku kepada Dika, padahal sebelumnya dia juga sudah melihat sikapku yang seperti ini kepada mantan-mantan pacarku yang sebelumnya. Aku melihat ada hal lain yang membuat Merry sampai semarah ini terhadapku.
”Kenapa jadi loe yang repot? Salah dia sendiri, siapa suruh hujan-hujanan” aku mencoba menjawab dengan enteng omongan dari Merry tadi.
Dengan wajah merah padam Merry pergi meninggalkan aku di kantin, ”Loe suka sama Dika kan?” sebelum Merry jauh meninggalkan tempatku, aku melanjutkan kalimatku tadi, sontak langkah Merry berhenti dan melihat kembali kearahku dengan tatapan yang entah lah aku tidak dapat menggambarkan tatapan marah bercampur kaget mendengar kalimat terakhirku tadi. Dan dia kembali melanjutklan langkahnya.

**********
Sesampai di kamar, kurebahkan tubuhku ke tempat ternyaman saat aku lelah menjalani hari-hariku, hanya tempat tidur yang mampu melepaskan semua penat dan lelah yang aku rasakan setelah melakukan rutinitasku. Aku pandangi langit-langit kamarku, ada sepasang cicak yang sedang memperhatikanku, mereka seolah-olah juga ikut  menceritakan aku. Kembali aku mencoba memikirkan segala sikap dan tingkahku selama ini. Mungkin Merry juga ada benar nya..batinku mulai membenarkan pemikiran orang-orang terhadap tingkah dan sikapku selama ini, tujuan hidupku mulai samar untuk aku yakini. Apa yang aku dapatkan dari sikap ini, kebahagian seperti apa yang ingin aku miliki dengan sikap ini, sampai kapan aku harus seperti ini?? Pertanyaan-pertanyaan senada itu menari di otakku dan mulai menggoyahkan keyakinan atas sikapku selama ini.
Aku mulai bosan menjalani hari-hari seperti ini dan kehidupanku yang memang sudah tidak sehat seperti dalam pemikiran-pemikiran mereka. Apa memang seperti ini yang aku inginkan? Ku paksa memejamkan mataku hanya untuk sekedar menenangkan diriku saat ini.

________________

Brakkkkkkkkkkkk
”Aduhh, maaf mas saya tadi gak lihat..benaran mas saya benar-benar gak sengaja..maaf mas..maaf banget ya mas..” aku menumpahkan jus yang telah aku beli di kantin tadi, akhir-akhir ini aku memang sering melamun setelah pertengkaran ku denga Merry tempo hari. Dan hasilnya seperti hari ini, segelas jus yang aku pegang dan awalnya hendak aku minum tertumpah di baju seorang cowok yang tidak sengaja bertabrakan denganku di koridor kampus.
”Makanya kalau jalan jangan sambil ngelamun..jadi kotorkan baju gue” sambil membersihkan bajunya dari sisa jus alpokat yang aku tumpahkan, cowok itu menjawab dengan sedikit ketus.
”Ya saya gak sengaja, lagian kan saya juga udah minta maaf dari tadi” aku mencoba membela diri.
”Gue gak mau tau, pokoknya loe harus gantiin baju gue yang udah loe tumpahin ini..!!”

”Hahhh...?????????” sedikit kaget bercampur kesal aku mendengar omongan cowok itu.
”Kenapa? gak punya uang loe?” dengan senyum mencibir cowok itu melihat kearahku
”Sialan ne cowok, haduhh, apes banget sih gue hari ini ketemu sama orang aneh kayak gini” batinku
”Hehh...!! budek loe?” cowok tadi kembali melanjutkan omongannya melihat aku malah melamun.
”Iya, ntar gue gantiin..!! kalau perlu sepuluh biji gue gantiin tuh baju loe!!”
”Ntar??? gak!! gue mau sekarang loe ganti baju gue!!
”Hehh..!! loe benar-benar nyebelin ya. Nih gue ganti baju loe!” emosiku rasa memuncak bertemu dengan cowok seperti ini, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet.
”Cukup kan buat beli sepuluh untuk gantiin baju loe ini!!” dengan tersenyum sinis dan menyerahkan uang ketangan cowok itu aku beranjak meninggalkannya.
”Hehh, tunggu!!” suara cowok menyebalkan itu kembali lagi terdengar di telingaku, mau gak mau aku menghentikan langkahku.
”Kenapa lagi?” jawabku malas
”Ini uang loe, gue mau lo beliin baju buat gantiin baju gue ini. Bukannya uang loe, ngerti?” sambil menyerahkan uang yang aku berikan tadi cowok itu berlalu di hadapanku.
”Inget,  besok gue tagih hutang loe!” terdengar kembali suara cowok itu sambil terus berjalan meninggalkan aku di koridor ini.

Dan dari situlah awal aku mengenal sosok Rivo, sejak kejadian itu aku dan Rivo menjadi semakin akrab, ternyata dia bukan tipe orang yang menyebalkan seperti yang aku fikirkan di awal saat aku bertemu dengannya. Sosoknya sangat berbeda dengan banyak cowok yang sbelumnya sudah banyak aku temui selama ini, dan entah mengapa aku tidak pernah mampu melakukan segala hal yang dulu sering aku lakukan terhadap para laki-laki seperti mantan-mantan pacarku sebelumnya. Memang aku dan Rivo belum resmi jadian, tapi aku tau dari sikapnya terhadapku kalau dia juga menyimpan rasa seperti yang sedang aku rasakan.
”Seharusnya aku tidak boleh lemah seperti ini, kenapa aku tidak mampu melakukan hal-hal yang dulu aku lakukan untuk mempermainkan perasaan mereka, kenapa aku memakai hati untuk permainan yang aku ciptakan ini.” batinku mulai mempertanyakan hal-hal yang terjadi padaku saat ini.
Seiring berjalannya waktu dan kedekatanku dengan Rivo sudah pada batas jauh lebih dari hanya sekedar seorang teman, sepertinya aku mulai terperangkap dengan permainan yang aku  buat sendiri, aku tidak pernah sebelumnya merasakan hal ini, hemmm.. Pernah mungkin. Ya dulu, dengan seseorang yang juga mencampakkan aku sama halnya dengan ayah yang mencampakkan aku dan ibuku. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan itu lagi, aku tidak boleh terperangkap oleh permainanku sendiri. Dan aku tidak akan perah lagi mengulangi kebodohanku dulu membiarkan cinta mengalahkan dan menghancurkan aku. Tapi sekuat apapun aku melawan kenapa rasa ini malah semakin menyiksaku.

*********
”Rel, aku mau ngomong satu hal serius sama kamu” Rivo mengenggam jari-jariku dan menatapku dengan dalam, jantungku selalu berdegub berkejar-kejaran dan angin malam terasa semakin dingin aku rasakan saat tatapan Rivo menatap kedalam mataku.
”Mau ngo-mong-apa-seh vo?” jawabku terdengar jelas sangat gugup
Rivo melepaskan gengaman tangannya dari jari-jariku, dia berjalan meninggalkan aku, masih dalam kebingungan dan sedikit rasa kesal atas sikapnya aku masih duduk di tempat yang tadi, sejenak aku melihat Rivo datang dan menghampiriku kembali dengan membawa toples yang tertutup kain hitam. Alisku mulai bertaut melihat sikapnya yang semakin aneh.
”Ini apa vo?” aku mulai penasaran dengan isi toples yang di bawa Rivo tadi.
”Kamu buka aja” dengan tersenyum Rivo meberikan aku toples itu
Aku mulai mumbuka kain penutup toples itu dan aku melihat beberapa kunang-kunang yang sangat indah berada dalam toples itu. Cahaya dari kunang-kunang adalah cahaya yang paling indah yang aku lihat malam ini.
”Rivo...ini cantik banget” dengan masih tak percaya aku berulang kali melihat kunang-kunang dalam toples itu.
Rivo tiba-tiba mengambil toples itu dan meletakkannya di sebelahnya dan Rivo kembali mengenggam tanganku lagi
”Aku sayang kamu rel, aku ingin menjadi cahaya indah buat hidup kamu, sama hal nya seperti cahaya kunang-kunang ini yang selalu membahagiakan kamu”
Aku terdiam mendengar kata-kata Rivo, batinku kembali mempermasalahkan tentang perasaan ini. Di satu sisi aku sangat menyayangi dan mencintai Rivo, tapi disisi lain persepsiku tentang cinta kembali menghempaskan dan memaksa aku untuk membuang jauh semua perasaan ini.
”Rel...kamu mau kan jadi pacar aku?” Rivo kembali melanjutkan kalimatnya dan kalimat itu  mengagetkan semua gejolak batinku saat ini.
”Tidak ada salahnya untuk mencoba mengikis semua persepsi burukku tentang cinta dan menggantinya dengan cerita indah bersama Rivo.”batinku
”Aurel” Rivo menyadarkan aku dari semua lamunanku
”Iya vo, aku mau” dengan tersenyum manis aku menjawab pertanyaan Rivo, dan malam ini menjadi malam terindah dan makna cinta terindah yang pernah aku rasakan.
****************
Sebulan sudah aku dan Rivo menjalani hari-hari indah kami, seiring berjalannya hubungan indah kami, aku tahu kalau saat ini rivo hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Dan hari ini aku masak spesial untuk sebulan jadian kami. Dia telah perlahan-lahan mengubah persepsiku tentang cinta dan perlahan-lahan juga mengikis kebencianku terhadap kepalsuan cinta yang sebelumnya sering aku dapati dan aku lakukan. Dan aku fikir saat ini waktu yang indah itu telah datang padaku, memberiku semua makna indah dari cinta yang aku benci dulu..
”Sebentar lagi aku sampai dirumahnya Rivo dan memberi surprise ini” aku tersenyum sendiri mengenang pertama kali aku bertemu dengan Rivo.

”Kok seperti mobil Merry yang terparkir dihalaman rumah Rivo” fikirku, langsung aku menuju pintu rumah Rivo, beberapa kali aku mengetuk pintu rumahnya.
”Ehh,ada Aurel..masuk Rel, Rivo ada dikamarnya sama teman-temannya juga” om Sukmo mempersilahkan aku masuk dengan tersenyum manis, Om sukmo sangat ramah kepadaku, aku juga tidak tahu pasti dia juga sangat menyayangiku begitu juga aku. Entah kenapa, mungkin juga karena aku telah lama merindukan kasih sayang ayah jadi aku merasa sayang dan menganggap om Sukmo seperti ayahku sendiri. Langsung aku menuju kamar Rivo, ku buka pintu kamarnya pelan-pelan karena aku ingin menyelesaikan Surprise yang aku rancang hari ini. Kuhentikan langkahku sejenak mendengar suara-suara dari orang yang tak asing lagi olehku.
”Hahhahhaha....Gue gak nyangka loe mampu bikin Aurel benar-benar cinta sama loe” suara itu adalah suara Dika yang sedang tertawa lepas.
”Iya vo, ternyata apa yang susah payah kita rencanain berjalan dengan sukses ya berkat loe..” Merry juga ada disini
”Jadi kapan loe campakin dia vo? oppss, mutusin dia maksud gue. Hahahahahha” Dika kembali melanjutkan kalimatnya, sangat jelas kebahagian dari setiap kalimat mereka.
”Gue belum tahu, tapi gue ngerasa bersalah sama dia”
“Dia emang mesti dapat pelajaran vo, dia dulu juga sering ngelakuin itu sama cowok-cowok, tuh si Dika salah satunya. Hahhahhaa” Merry juga sangat terlihat bahagia dengan pembicaraan itu.
Jadi ini yang mereka rencanakan, Merry, Dika dan Rivo.. Jadi ini semua scenario ciptaan mereka untuk aku. Jantungku tak terasa berdetak lagi saat ini, air mata juga tak mampu keluar memikirkan semua sikap mereka, aku seakan tak mampu lagi untuk bernafas mendengar semua percakapan mereka tadi. Masakan yang sepenuh hati sengaja aku masak dari pagi untuk hari special bahkan terasa sangat special saat ini mendengar obrolan dari orang-orang yang sangat dekat denganku. Semua makanan itu terlepas begitu saja dari tanganku, tatapan mereka beradu dengan tatapanku saat ini. Aku tak sanggup berlama-lama disini, kulangkahkan kakiku sekuat tenaga untuk meninggalkan tempat itu. Aku lihat Rivo mengejarku. Tapi aku terus saja berlari, tak tau lagi kemana arahku untuk berlari, air mataku baru mampu keluar saat ini, aku sudah lelah untuk berlari..tapi langkahku tak juga mengizinkan aku untuk berhenti berlari, tak ada lagi yang mampu aku lihat jelas sehingga tak sedikitpun aku melihat mobil itu ada di arah yang berlawanan dari tempat aku berlari.
“Aurel……………..” terdengar samar olehku teriakan Rivo diseberang sana. Tubuhku terasa melayang bebas keudara, dan terhempas kembali. Sakit bahkan sangat sakit dengan ditambah rasa sakit yang aku rasakan tadi. Sejenak sebelum kesadaran ku benar-benar hilang sepenuhnya, aku melihat mereka mengelilingi aku bahkan juga ada Rivo, Dika dan Merry. Kenapa mereka mengelilingiku? padahal aku ingin berlari lagi, pergi sejauh-jauhnya dari mereka. Dan sedetik setelah itu kesadaranku sudah menghilang sepenuhnya.
Read previous post: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar