Mengenai Saya

Foto saya
My Name : dr. Jopie Artha Alhitya Dane .Spa Kita hanya miliki waktu yang terbatas. Ketika cahaya masih bersinar di atas sebelum kau ditelan gelap Dan aku kembali terlelap Kau hanya semu katanya, tidak pernah nyata Tapi hanya dirimu yang begitu dekat denganku selain Tuhan dan Bundaku.

Senin, 09 Mei 2011

Ijinkan Wangi Bunga Perantara Kita

             Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku, sebab kau tak pernah tahu keadaanku, tak pernah bisa mengerti perasaanku. Ketika marah meledak-ledak, ada kerinduan besar dari dalam hatiku kala itu, berharap agar kau mampu menyejukkanku, seperti gemuruh gunung api sibuk memuntahkan lava pijar, kuharap kau menjadi gleitser, sungai es yang mengalahkan panasku. Tapi kau tak pernah memahami….  Ketika emosiku meledak kuungkapkan kepadamu, bukan hakikatnya aku memarahimu, tapi aku ingin kau mengisi kekosongan batinku oleh sebab emosi itu. Justru saat itu kau seperti tak ada di depanku…dan aku laksana pengelana bicara pada gunung batu! Kini kusadar, segunung makianku dahulu sesungguhnya lebih banyak untuk diriku sendiri, bukan tertuju kepadamu, bahkan sepatah pun tidak! Kau terlalu baik, atau terlalu bodoh dalam menghadapiku? Seolah kuinjak-injak kepalamu dengan kata-kata paling kasarku pun tak mampu menembus hatimu. Atau kau tak lebih dari sebongkah batu?
             Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku! Begitu bentak nyaliku saat kubanting bingkai foto yang serta-merta kuraih dari atas meja. Batinku berkecamuk, remuk…seperti kepingan kaca di lantai kini…. Air mata tiba-tiba mengalir, isak tangis tak berhenti… Capek sebenarnya, tapi tak bisa berhenti begitu saja. Tersengal aku menahan… dan meledak lagi begitu ingat peristiwa-peristiwa konyol yang selalu saja melibatkan pertemuan kita dalam kemarahan-kemarahan yang terkadang aku sendiri bingung mendapatkan alasan. Akan tetapi sekarang aku baru mengerti, mengapa kau selalu hanya banyak diam ketika cercahan kasarku menyergapmu tanpa jeda. Air mata ini terus menggenang dan mengalir…. Nafas  kuhembuskan dengan paksa seperti hendak menghamburkan keluar gumpalan sesak dada. Kuusap kembali badan biola yang kini sudah berada di pangkuan, kuangkat perlahan menempel di pipi kiri, seperti memeluk dengan rengkuhan mendalam… ekspresi penyesalan dan rasa sayang?
             Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku, pemilik perasaan yang senyawa dengan instrumen kesukaanmu ini. Hanya, biola ini mampu mencabik rasa menyayat hati ketika bersuara, sedangkan kau dalam seribu diammu baru kurasa begitu berartinya dirimu.
            “Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku” kupastikan ini bagian keputusan besar, yang sama beratnya jika mengingat kepergianmu. Seperti halnya dalam biola ini hanya bisa kuingat saat kaugesek perlahan, kaumainkan nada E Minor… seolah mengantarkan kegelisahan yang mendalam…. melengking tinggi di sayatan luka hati ditinggalkan dalam kerinduan yang masih dicari di mana tepian… dan rasa yang sama itu kini berpendaran kembali di layar memori.
             Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku….biar saja sejak kini kutitipkan segala rasa dan memori pada biola kenanganmu ini, lalu kukembalikan kepada saudaramu untuk disimpannya sebagai kenangan berharga di atas segala kisahmu. Maka sejak itu, relakanlah diri dan jiwaku terlepas dari bayangan masa lalumu dengan setiap tunas keindahan yang mengharumkan cita-cita kita, tapi yang dengan begitu tiba-tiba pupus oleh kehendak Sang Kuasa, dalam usia muda kau dipanggilNya.

Terbanglah jauh, tapi…*)

Terbanglah jauh, camarku...
dengan kepak-kepak doa biarlah kau melayang ke atas sana
tempat yang tak lagi mengenal fana
          Terbanglah jauh, camarku...
          tapi tetap tinggalkanlah mimpi-mimpi dan kenangan kita
          di sini
          di lubuk hati
Terbanglah jauh, camarku...
cerlang bulu putihmu tetap terpandang
di ujung mata batinku, di sisa air mataku
          Terbanglah jauh, camarku...
          kan kaudapatkan tempat teduh yang tepat
          bukan seperti saat-saat kita berbeda pendapat
         di mana perasaan kita hampir sekarat
Tataplah aku di akhir pertemuan kita
jangan kedipkan mata
biar di sana kudapatkan sebutir lagi mutiara kenangan
dan berikan makna baru bahwa sebenarnya
kita tidak sedang dalam perpisahan
         Terbanglah jauh camarku...
         ....tapi jangan menghilang.

             Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku, bukan berarti aku tak lagi menyayangimu, hanya saja, jika terus berada dalam bayanganmu, maka waktuku pun akan beranjak pergi sia-sia. Kulepaskan kau dari hatiku, dan maafkan segala khilaf dan kekuranganku kepadamu. Sebagaimana kutaburkan wewangian bunga di atas nisanmu, ijinkan itu menjadi perantara kita, satu penanda andai kelak waktu yang lain diijinkan mempertemukan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar