Sayangku, terkadang aku berpikir, untuk memotong saja telingaku, tersebab tak ingin mendengar ceramah mereka yang lebih memuakkan daripada pidato bapak presiden tadi siang. Mari membicarakan surga yang kita bangun di antara rerimbunan angan. Kau ingat bukan, kita suka bercerita, mentertawakan kecewa juga menghitung air mata yang mulai berkarat.
Ah, usah bimbang seperti itu, bukankah kita samasama pernah mendengar sabda. Kau berhak atas hidupmu. Aku pikir, bukan kesalahan bila kau meletakkan ingin di atas meja perjamuan. Setelah itu biar takdir yang berbicara. Percaya saja, terawang tak mampu menyingkap sejengkal rahasia. Itu urusanmu dengan Tuhanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar