bagaimana aku harus memanggilmu
dengan kata yang takkan pernah usang
dan sebaris kalimat yang penuh arti
seperti penanda sederhana yang disampaikan warnamu
pada sebuah rendezvous tentang kita
aku membingkainya dalam sebuah sketsa
yang tak pernah terhapus oleh apapun
seperti guratan pena pada lembarlembar jurnal hujanku
di musim basah sebelumnya
barangkali itu cinta
ketika hangatnya tersaji lewat segelas perasan jeruk
ketika getarannya kusesap sesekali
barangkali itu cinta
ketika senyummu semanis senja
bahkan sajak apapun tak mampu menandinginya
meski kata sudah melebur menjadi kalimat
dari segelas jeruk hangat itu
engkau, aku, senja dan hujan
terbentang sudah jembatan untuk semuanya
untuk kita memahami cinta
maka hadirlah cinta seperti sebuah garis hidup
sebab, kau buatkan aku racun cinta
dari perasan jeruk yang kau seduh
ketika hujan membasahi beranda sore
dan aku, mencintaimu karena itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar